Rabu, 16 November 2011

FILSAFAT SOSIAL BUDAYA


FILSAFAT SOSIAL BUDAYA
Hasil Ringkasan Kelompok IV tentang Filsafat Sosial Pada Abad ke-20
Oleh :
Sdra. Alexius Pereira, Ayustus Lim, Fransiskus Luan, Krisantus Dogopia & Yohanis Lartutul

Revolusi Rusia
Persaingan industri di seluruh dunia antara kekuatan-kekuatan Eropa, menjadi salah satu penyebab utama terjadinya perang dunia I. Ketika perang dunia pecah, partai-partai sosial demokrat berbagai serikat buruh mendukung negeri mereka masing-masing; loyalitas terhadap kaum borjuis nasional mengalahkan solidaritas terhadap kaum buruh di negeri-negeri lain. Diukur menurut standar Eropa, Rusia adalah negeri yang amat terbelakang. Mode produksi feodal telah dihapus secara resmi dengan dibebaskan kaum serf pada tahun 1860-an. Kondisi kaum proletar jauh lebih buruk dibandingkan wilayah Eropa lainnya dan ini kemudian diartikan bahwa pasar dalam negeri bagi produk-produk industri Rusia jauh lebih kecil dibandingkan jumlah penduduk. Tidak ada yang bisa disebandingkan dengan lapisan buruh terampil yang relatif sejahtera yang telah terbentuk di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Aktivitas serikat dagang dan agitasi sosialis dilarang oleh undang-undang, dengan demikian organisasi-organisasi kelas buruh terpaksa bergerak di bawah-tanah dan banyak di antara pemimpinnya dibuang ke pengasingan. Upaya revolusi tahun 1905 bisa ditumpas. Pada tahun-tahun berikutnya, perpecahan yang terjadi  di dalam Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia antara kaum reformis dan kelompok revolusioner menjadi kian meluas dan jika pertumbuahn ekonomi serta konsesi dari kaum borjuis telah mendorong reformisme di Eropa Barat dan Amerika Serikat, di Rusia tidak terjadi perkembangan yang demikian itu.
Sayap mayoritas atau sayap “Bolshevik” Partai Demokrat Rusia dipimpin oleh Lenin dipandang sebagai pelarian politik di Eropa Barat dimana ia telah menyaksikan betapa serikat-serikat dagang dan partai-partai sosialis bisa diakomodasi di dalam kapitalisme dalam arti bahwa kaum buruh lebih memilih keuntugan ekonomis jangka pendek daripada kemenangan politik yang berjangka panjang. Lenin menyimpulkan bahwa hanyalah partai-partai yang berukuran kecil, terorganisasi dengan baik dan sangat berdisiplin yang terdiri dari orang-orang revolusioner professional yang teguh, yang akan mampu untuk tetap setia pada tujuan jangka panjang berupa kekuasaan politik proletariat tanpa terbujuk oleh penyimpangan-penyimpangan reformisme. Pemikiran dari Lenin ini mendapatkan kritikan dari kalangan reformis dan kubu revolusioner seperti Rosa Luxemburg. Rosa dan pengikutnya di dalam Partai Sosial Demokrat Jerman khawatir jika partai lantas menjadi kelompok elite dan ia melihat bahaya di dalam disiplin partai yang terlampau berlebihan dimana kaum militer, penjara dan polisi akan menjadi terlampau berkelebihan jumlahnya karena tidak akan ada kelas penguasa yang berusaha melindungi hak milik dan kekuasaannya. Mengikuti Marx, Lenin menyimpulkan bahwa perlu untuk semetara menghapus negara borjuis dan menggantikannya dengan negara kaum buruh, kediktatoran oleh mayoritas proletar, yang secara perlahan-lahan menyingkirkan gerakan-gerakan kontra- revolusioner dan menghapus sisa-sisa dominasi borjuis pada semua tingkat. Dalam hal ini sayap kiri Partai Sosial Demokrat Jerman tidak sependapat dengan Lenin. Mereka yakin bahwa masyarakat tanpa kelas harus bersifat demokratis dan terdesentralisasi, maka mereka berpendapat bahwa lahirnya masyarakat seperti itu harus ditunda secara tak terbatas atau bahkan dicegah jika satu bentuk represi negara sekedar digantikan oleh represi lainnya dan jika tujuan-tujuan yang demokratis digunakan untuk membenarkan cara-cara yang tidak demokratis.
Peperangan dengan Jerman membawa Rusia ke ambang keruntuhan dimana terjadi pemberontakkan di tubuh militer dan angkatan Laut serta pemberontakan petani dan buruh pada bulan Februari 1917 yang membawa koalisi sosialis liberal dan reformis menuju tampuk kekuasaan. Dalam situasi ini, fraksi Bolshevik dari Partai Sosial Demokrat merupakan organisasi yang paling efisien dan pada bulan oktober 1917 mereka mengambil alih kekuasaan sesudah terjadinya pemberontakan oleh kalangan militer, petani dan buruh yang selanjutnya diorganisasikan kedalam komite lokal yang dikenal sebagai ‘soviet’. Negeri itu menjadi Republik Sosialis Uni Soviet, sedangkan fraksi Bolshevik dari Partai Sosial Demokrat menjadi Partai Komonis Uni Soviet. Kemudian sejak tahun 1920 dan selanjutnya, dimulailah transformasi atas wilayah pedesaan yang luas dan menyeluruh menjadi masyarakat industri yang terpadu.
Revolusi sosialis pertama telah berlangsung, namun menurut Lenin ini dikarenakan kapitalisme telah meluas menjadi mode produksi internasional dan tidak lagi nasional; krisis kapitalis kini akan terjadi pada skala internasional dan revolusi sosialis dengan demikian harus bersifat internasional pula. Salah satu langkah pertama Revolusia Rusia adalah nasionalisasi lahan: lahan-lahan luas dibagi dan hak untuk menggunakannya serta membudidayakan lahan diserahkan kepada petani dan buruh. Sistem ini mengakibatkan regenerasi pertanian secara pesat, namun juga melahirkan pembagian kelas antara kaum petani yang kaya dan petani yang dipekerjakan oleh mereka. Dalam hal ini, perkembangan terbukti berhasil. Namun secara politik, kediktatoran proletariat tidak membuka jalan bagi perencanaan sosial yang semakin demokratis; ia justru mengarah pada kediktatoran oleh kelompok para pejabat partai yang semakin kecil.
Eropa di Antara Dua Perang Dunia
Setelah perang dunia I menghasilkan perluasan partisipasi demokrasi yakni kaum perempuan mendapatkan hak suara dan politik yang setara. Keterlibatan kaum perempuan dalam berbagai tugas perang di medan peperangan dalam negerilah yang memberikan dorongan kampanye tentang hak-hak kaum perempuan di kebanyakan negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Namun di Belgia dan Swiss kaum perempuan tidak mendapatkan hak suara sampai sesudah perang dunia II.
Sejak tahun 1920-an ekonomi kapitalis didominasi oleh kecenderungan menuju resesi yang berpuncak pada kebangkrutan. Semua ini di sebabkan oleh tingkat pengangguran yang tinggi, pemogokan dan penutupan perusahaan terjadi di mana-mana. Banyak orang yang merasakan krisis ini terutama kalangan borjuis kecil. Untuk mengatasi hal ini maka adanya program politik yakni hukum dan ketertiban yang melarang pemogokan dan penutupan perusahaan, dan menghentikan pertikaian di pasar tenaga kerja tanpa menghiraukan negosiasi antara majikan dan buruh. Upah ditentukan oleh hukum dengan tingkat laba yang cukup memadai.
Tahun 1920-an dan 1930-an di seluruh Eropa Barat, Italia, Portugal, Jerman, dan Spanyol partai-partai fasis. Istilah Fasisme digunakan untuk menyebut ide-ide partai fasis Italia di bawah kepemimpinan Mussolini. Fasisme Italia meliputi pemujaan yang sistematis terhadap negara, di mana Mussolini mangacu pada warisan Kekaisaran Romawi, dan mengeksploitasi kecemasan yang meluas terhadap komunisme dan revolusi. Bentuk fasisme Jerman yakni Nazisme berupaya mendukung kekuasaan Hitler dengan menggunakan ide keunggulan ras Arya.
Fasisme bukanlah fenomena yang khas Jerman atau Italia. Ia adalah jalan yang ditempuh oleh perekonomian kapitalis, suatu jalan yang ada kaitannya dengan godaan terhadap kepentingan-kepentingan kapitalis yang kuat ketika krisis mencapai proporsi yang sedemikian besar, sehingga keresahan sosial yang menyertainya tampak mengancam kepemilikan pribadi atas sarana-sarana produksi.
Liberalisme dan Intervensi Negara Sesudah Tahun 1945
            Krisis ekonomi kapitalis berlanjut sampai sesudah perang dunia II. Industri-industri yang masih berjalan mendapat laba yang besar, dan munculnya Amerika sebagai kekuatan dominan yang absolut, yang menanamkan modal ke seluruh dunia, menjadi basis pertumbuhan ekonomi yang pesat di seluruh dunia yang non-komunis.
            Menurut John Maynard Keynes kecenderungan yang berbahaya dalam perekonomian kapitalis bisa dicegah jika negara bersedia memperluas anggaran belanja publik dalam sektor-sektor ekonomi non-produktif, seperti transportasi, pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ini tidak akan menyebabkan kelebihan produksi, namun akan meningkatkan permintaan dengan mengurangi tingkat pengangguran. Pengeluaran anggaran juga menguntungkan dari segi lain yakni memperbaiki transportasi dan komunikasi akan membantu perdagangan, dan angkatan kerja akan lebih produktif. Selama terjadinya ledakan ekonomi, baik dalam sektor privat maupun publik, terjadi ekspansi industri secara besar-besaran, sedangkan dalam konteks internasional, wilayah-wilayah yang sebelumnya merupakan daerah jajahan bertindak sebagai pengekspor bahan baku dan pengimpor teknologi asing yang sangat menguntungkan negara-negara kapitalis terpenting di Eropa dan Amerika Serikat.
Locke, Kant, dan J.S. Mill membela liberalisme atas nama martabat manusia dan kesetaraan hak, dan demi membebaskan kemanusiaan dari penindasan politik, ekonomi dan psikologi. Namun dalam periode pasca perang, pertahanan utama msayarakat masyarakat kapitalis adalah klaim bahwa persoalan tentang apa yang baik bagi masyarakat tidak dijawab sama sekali, dan satu-satunya yang bisa dilakukan oleh para ilmuan sosial adalah menggambarkan bagaimanakah lembaga sosial yang ada berjalan secara aktual, sedangkan para filsuf sosial hanya menganalisis bahasa yang dipakai orang-orang untuk berbicara tentang masalah moral, legal, politik, dan menghindari pembahasan apapun tentang apakah lembaga-lembaga sosial yang ada harus  mengalami perubahan.

Dunia Sesudah Tahun 1968
            Meski sudah diterapkan berbagai kebijakan manajemen krisis, tanda-tanda terjadinya resesi perekonomian kapitalis mulai muncul pada akhir tahun 1960. Itu mengakibatkan kenaikan harga-harga bahan baku. Krisis ekonomi disebabkan oleh rendahnya laba, kelebihan produksi dan meningkatnya pengangguran. Dalam bidang politik internasional, krisis di negara-negara maju berkaitan dengan perubahan kekuasaan dari pusat-pusat lama menuju berbagai sektor pinggiran yang menghasilkan bahan baku.
            Isyarat pertama akan terjadinya krisis ekonomi itu berjalan seiring dengan gerakan rakyat di seluruh dunia yang mengakhiri apati politik tahun 1950-an dan awal 1960-an. Kaum perempuan mulai sekali lagi bergabung melawan penindasan seksual. Minoritas-minoritas etnis melancarkan protes melawan diskriminasi. Para mahasiswa memprotes lembaga-lembaga pendidikan yang hirarhis dan menuntut hak untuk ikut memutuskan bentuk pendidikan mereka sendiri. Namun tidak ada satu pun di antara gerakan-gerakan itu yang melakukan sesuatu yang membantu kelas buruh dan organisasi-organisasinya, yang semakin mengalami tekanan sebagai akibat dari krisis. Tekanan ini telah menyebabkan munculnya gelombang baru militansi serikat dagang dan tuntutan balasan dikarenakan pembatasan kekuatan serikat-serikat dagang.
            Perbedaan mendasar antara solusi kapitalis dan sosialis terkait dengan pembagian sosial atas tenaga kerja dan hak kepemilikan. Kaum kapitalis menganggap tenaga kerja adalah komoditas yang bisa dibeli dan dipakai untuk tujuan kepemilikan pribadi, dan mereka memandang pengangguran sebagai bagian esensial aparat regulasi ekonomi. Sedangkan kaum sosialis memandang tenaga kerja sebagai hak kemanusiaan, yang harus dipilah dalam proses perencanaan sosial secara sadar, yang dengan demikian akan menghapuskan pengangguran. Di kalangan kubu kapitalis, terdapat kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan kontrol manajerial atas proses kerja melalui otomatisasi. Demikian pula pada tingkat politik negara, pemerintah bisa menggunakan hukum dan polisi untuk mendisiplinkan kelas buruh atau jika tidak mereka bisa mengintegrasikan serikat-serikat dagang ke dalam perekonamian.
            Dalam masyarakat kapitalis, berbagai strategi kapitalis yang mungkin dijalankan itu bisa ditandingi dengan berbagai tanggapan sosialis, namun di kalangan sosialis tidak ada kesepakatan tentang seperti apakah tanggapan tersebut, dan tidak ada kesepakatan pula tentang seperti apakah kandungan sosialisme yang seharusnya. Sedangkan pada tataran politik, kaum sosialis bisa memilih di antara sejumlah pandangan tentang peran utama negara yang dijalankan dengan prinsip sosialisme, mulai dari perencanaan serta agen administrasi global atau nasional yang sangat terpusat. Di sekitar dua kutub yakni kapitalis dan sosialis, terdapat berbagai teori tentang organisasi rumah dan lainnya.
            Isu-isu di atas mengandung dimensi filosofis bagi mereka; pertama karena praktik-praktik dan lembaga-lembaga yang ada sarat dengan filsafat-filsafat sosial dari masa silam; kedua, karena pembahasan atas masalah-masalah sosial harus selalu melibatkan pertimbangan tentang seperti apakah cara-cara yang ditempuh untuk mengajukan masalah sosial itu, dan bagaimana perkembangan baru harus dikonsepsikan. Masalah-masalah itu merupakan masalah yang bisa diberi sumbangan oleh filsafat hanya jika filsafata keluar dari persoalan-persoalan konseptual yang dianggap nirwaktu dan tidak historis.
            Di masa silam, filsafat sosial menaruh perhatian pada isu-isu tentang yang benar dan salah dalam hal pendistribusian tenaga kerja dan hak kepemilikan para filsuf telah berusaha memberikan pembenaran eksplisit untuk mengorganisasikan kehidupan sosial dengan cara tertentu. Perkembangan kehidupan sosial pada abad ke-20 telah menjadikannya lebih sulit. Kajian atas filsafat sosial bukan hanya penting untuk mencermati berbagai hal melalui perspektif yang lebih luas, namun juga untuk menetapkan pikiran, dengan cara yang terpelajar, tantang apa yang harus dilakukan.
Tanggapan Kritis : Filsafat Sosial pada abad ke-20
Lenin telah memberikan kesimpulan bahwa hanyalah partai-partai yang berukuran kecil, terorganisasi dengan baik dan sangat berdisiplin yang terdiri dari orang-orang revolusioner professional yang teguh, yang akan mampu untuk tetap setia pada tujuan jangka panjang berupa kekuasaan politik proletariat tanpa terbujuk oleh penyimpangan-penyimpangan reformisme. Bertolak dari pemikiran Lenin ini, muncul kritikan tegas dari kalangan reformis dan kubu revolusioner seperti Rosa Luxemburg. Rosa dan pengikutnya di dalam Partai Sosial Demokrat Jerman yang khawatir jika partai lantas menjadi kelompok elite dan ia melihat bahaya di dalam disiplin partai yang terlampau berlebihan dimana kaum militer, penjara dan polisi akan menjadi terlampau berkelebihan jumlahnya karena tidak akan ada kelas penguasa yang berusaha melindungi hak milik dan kekuasaannya. Mengikuti Marx, Lenin menyimpulkan bahwa perlu untuk semetara menghapus negara borjuis dan menggantikannya dengan negara kaum buruh, kediktatoran oleh mayoritas proletar, yang secara perlahan-lahan menyingkirkan gerakan-gerakan kontra- revolusioner dan menghapus sisa-sisa dominasi borjuis pada semua tingkat. Dalam hal ini sayap kiri Partai Sosial Demokrat Jerman tidak sependapat dengan Lenin. Mereka yakin bahwa masyarakat tanpa kelas harus bersifat demokratis dan terdesentralisasi, maka mereka berpendapat bahwa lahirnya masyarakat seperti itu harus dicegah
Revolusi sosialis pertama telah berlangsung, namun menurut Lenin ini dikarenakan kapitalisme telah meluas menjadi mode produksi internasional dan tidak lagi nasional; krisis kapitalis kini akan terjadi pada skala internasional dan revolusi sosialis dengan demikian harus bersifat internasional pula. Salah satu langkah pertama Revolusia Rusia adalah nasionalisasi lahan: lahan-lahan luas dibagi dan hak untuk menggunakannya serta membudidayakan lahan diserahkan kepada petani dan buruh. Sistem ini mengakibatkan regenerasi pertanian secara pesat, namun juga melahirkan pembagian kelas antara kaum petani yang kaya dan petani yang dipekerjakan oleh mereka.
Setelah perang dunia I menghasilkan perluasan partisipasi demokrasi yakni kaum perempuan mendapatkan hak suara dan politik yang setara. Keterlibatan kaum perempuan dalam berbagai tugas perang di medan peperangan dalam negerilah yang memberikan dorongan kampanye tentang hak-hak kaum perempuan di kebanyakan negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Sejak tahun 1920-an ekonomi kapitalis didominasi oleh kecenderungan menuju resesi yang berpuncak pada kebangkrutan. Semua ini di sebabkan oleh tingkat pengangguran yang tinggi, pemogokan dan penutupan perusahaan terjadi di mana-mana. Banyak orang yang merasakan krisis ini terutama kalangan borjuis kecil. Untuk mengatasi hal ini maka adanya program politik yakni hukum dan ketertiban yang melarang pemogokan dan penutupan perusahaan, dan menghentikan pertikaian di pasar tenaga kerja tanpa menghiraukan negosiasi antara majikan dan buruh. Upah ditentukan oleh hukum dengan tingkat laba yang cukup memadai.
            Menurut John Maynard Keynes kecenderungan yang berbahaya dalam perekonomian kapitalis bisa dicegah jika negara bersedia memperluas anggaran belanja publik dalam sektor-sektor ekonomi non-produktif, seperti transportasi, pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ini tidak akan menyebabkan kelebihan produksi, namun akan meningkatkan permintaan dengan mengurangi tingkat pengangguran.
Locke, Kant, dan J.S. Mill membela liberalisme atas nama martabat manusia dan kesetaraan hak, dan demi membebaskan kemanusiaan dari penindasan politik, ekonomi dan psikologi.
            . Krisis ekonomi disebabkan oleh rendahnya laba, kelebihan produksi dan meningkatnya pengangguran. Perbedaan mendasar antara solusi kapitalis dan sosialis terkait dengan pembagian sosial atas tenaga kerja dan hak kepemilikan. Kaum kapitalis menganggap tenaga kerja adalah komoditas yang bisa dibeli dan dipakai untuk tujuan kepemilikan pribadi, dan mereka memandang pengangguran sebagai bagian esensial aparat regulasi ekonomi. Sedangkan kaum sosialis memandang tenaga kerja sebagai hak kemanusiaan, yang harus dipilah dalam proses perencanaan sosial secara sadar, yang dengan demikian akan menghapuskan pengangguran. Di kalangan kubu kapitalis, terdapat kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan kontrol manajerial atas proses kerja melalui otomatisasi.
















Suku-suku pegunungan Papua


A.     Tugas Seminar Antropologi 


Nama-nama Suku Pegunungan:  

1.      Suku Dani atau Hubula
2.      Suku Yali
3.      Suku Lani
4.      Suku Mee
5.      Suku Moni
6.      Suku Ngalum
7.      Suku Amungme

B.     Letak Geografi
Suku-suku pegunungan menyebar di dataran tinggi jantung pulau Papua. Topografi terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Di antara puncak-puncak gunung yang ada, di antaranya selalu tertutup salju, misalnya Puncak Trikora (4.750m), Puncak Yamin (4.595m) dan Puncak Mandala (4.760m). Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur atau gamping dan granit yang terdapat di daerah pegunungan, sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran endapan lumpur, tanah liat dan lempung. Di daerah pegunungan terdapat banyak margasatwa yang aneh dan menarik yang hidup di tengah-tengah pepohonan tropis yang luas dan beranekaragam. Hutan-hutan tropis ditumbuhi oleh berbagai tumbuhan dan hutan cemara dan semak rhodedendronds[1] dan spesies tanaman pakis dan anggrek yang sangat mengagumkan. Dekat dengan daerah salju di puncak-puncak gunung terdapat tanaman tundra. Hutan-hutan juga memiliki jenis-jenis kayu yang beranekaragam. Hutan-hutan dan padang rumput pegunungan merupakan tempat hidup kuskus, kanguru kasuari dan banyak spesies burung misalnya cenderawasih, mambruk dan nuri. Selain itu juga ada jenis kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya[2].
C.    Sistem Pertanian
1.      Sistem Pertanian Suku Mee[3]
Bertani bagi orang Mee disebut bugi. Ladang bagi orang Mee sangat beragam, yakni di sekitar perbukitan lereng, lembah, pesisir danau, tergantung pada kehidupan masyarakat. Bugi merupakan sumber kehidupan bagi orang Mee. Mereka bertani dengan menggunakan alat-alat pertanian yang terbuat dari batu dan kayu yakni: kapak batu (maumi) yang digunakan untuk menebang pohon, wadi yang berfungsi sebagai linggis untuk mencungkil dan menggaruk tanah dan patau yang berfungsi sebagai sekop atau pacul untuk mencangkul dan menggemburkan tanah. Setelah mengenal dunia luar orang Mee mulai menggunakan alat-alat pertanian yang terbuat dari besi baja. Tugas kaum laki-laki adalah membuka ladang yakni menebang pohon-pohon besar, membersihkan dan membakar dahan-dahan kayu sedangkan tugas perempuan bercocok tanam, memelihara tanaman dan memungut hasil tanaman di ladang. Tanaman yang ditanam berupa ubi jalar (nota), sayur-mayur, pisang dan tebu.
2.      Sistem Pertanian Suku Dani
Mata pencaharian hidup orang Dani yang utama adalah bercocok tanam. Kebun-kebun yang dibuat tidak hanya di lembah tetapi juga di lereng-lereng gunung yang curam. Proses pekerjaan bercocok tanam diawali dengan membuat pagar untuk mengamankan dari gangguan hewan. Kemudian proses selanjutnya menebang pohon-pohon dan memotong semak-semak belukar. Setelah batang, dahan, daun-daun dan belukar dipotong-potong lalu dibakar. Cara bercocok tanam orang Dani adalah berpindah-pindah. Tanah digarap selama beberapa musim tanam, dan apabila tanah tidak subur karena kehabisan zat-zatnya, lahan ditinggalkan. Tanah bekas kebun itu ditinggalkan menjadi subur kembali. Alat-alat pertanian suku Dani adalah sege, yaga, dan tugi. Selain alat-alat pertanian tradisional, masyarakat suku Dani sekarang juga menggunakan alat-alat pertanian yang terbuat dari besi/baja yakni sekop, kampak dan parang.

3.      Sistem Pertanian Suku Lani
Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat suku Lani adalah bertani. Tanaman yang biasanya ditanam adalah ubi. Dalam melakukan pekerjaan ada pembagian tugas. Perempuan bekerja di ladang sedangkan laki-laki membuat pagar. Selain menanam ubi, mereka juga menanam pisang, alpukat, buah merah, jeruk dan nenas serta berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Alat-alat  pertanian yang biasa digunakan hampir sama dengan suku Dani yakni sege, yaga, dan tugi. Selain alat-alat pertanian tradisional, masyarakat suku Lani sekarang juga menggunakan alat-alat pertanian yang terbuat dari besi/baja yakni sekop, kampak dan parang.
Dari ketiga suku ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pertanian masyarakat pegunungan adalah bertani. Mereka menanam ubi-ubian sebagai makanan pokok mereka setiap hari. Mereka mengenal alat-alat pertanian tradisional yang membantu mereka mengolah lahan pertanian. Dari ketiga suku ini dapat dilihat bahwa mereka menggunakan alat-alat peranian yang terbuat dari batu dan kayu. Namun karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang peranian dan masuknya pengaruh dari luar ke suku-suku pegunungan, maka mereka pun mengenal alat-alat pertanian modern yang terbuat dari besi.
D.    Nama Marga
1.      Nama-nama Marga Suku Dani

Wita
Waya

Kossay
Wamu
Asso
Itlay
Kurisi
Elokpere
Wandikbo
Mawel
Wilill
Lagowan
Walilo
Jogobi
Lani
Molama
Mulait  
Isaba
Wandik
Pawika
Kalolik
   Lengka         
Huby
Matuan
Hisage
Haluk  
Siep
Logo 
Ikinia
Oagai
Meage
Halitapo
Walela
Doga
Himan
Waliaggen
Lokobal
Surabut
Heselo
Jelipele                                         
    Hilapok
    Dabi


2.      Nama-nama Marga Suku Mee[4]




Makituma
Wodapa
Mogotuma
Yinatuma
Yatipai
Yogi
Boma
Pekei
Nawipa
Magai
Tatogo
Degei
Muyapa
Tenoye
Pigome
Mote
Kadepa
Kobepa
Tekege
Tebai
Kayame
Yeimo
Utti
Takimai
Kogi
Dogopia
Adii
Yukei
Madai
Nakapa
Tagi
Gobai
Pigai
Kedepa

Kudiai
Bunai
You

Dou

3.      Ada banyak marga di kalangan orang Lani, seperti; [5]
No
Waya
Wita
1
Kogoya
Wenda
2
Tabuni
Yikwa
3
Telenggen
Yigibalom
4
Wanimbo
Wakerkwa
5
Yoman
Kowo
6
Togodly
Yanengga
7
Karoba
Morip
8
Kenelak
Murip
9
Gire
Wonda
10
Pagawak
Komba
11
Kulluawa
Wandikbo
12
Pagawak
Enembe
13
Weya
Kelambok
14
Karoba
Gombo
15

Penggu
16

Pambinggen
17

Helakombo
18

Anggemon
19

Walianggen
20

Dual
21

Yanengga
22

Payokwa
23

Tabo

E.     Cara membuat Honai
1.      Cara orang Mee membuat Honai[6]
Honai bagi orang Mee disebut yuwo owa. Berbentuk lonjong yang terdiri dari dua kamar, yakni kamar laki-laki dan kamar perempuan yang dipisahkan oleh lorong masuk. Yuwo owa disertai dengan para-para sebagai tempat dansa.  Pada awalnya mereka menyediakan bahan-bahan berupa tali, kayu, dan alang-alang. Pembuatan: pertama-tama adalah perencanaan. Pada tahap ini mereka berunding untuk waktu yang tepat untuk membuat rumah. Mereka juga akan melakukan pembagian tugas untuk  mencari bahan bangunan. Setelah bahan sudah siap mereka akan mulai membuat rumah dalam jangka waktu satu hari. Setelah rumah selesai dibuat mereka akan menentukan waktu untuk meresmikan rumah.  
2.      Cara orang Dani membuat Honai
Pada awalnya Orang Dani meyediakan bahan untuk membuat  honai, yakni  kayu, tali, alang-alang, dan bambu. Honai biasanya dibangun di atas tanah perkampungan dimana pintu honai harus menghadap ke gapura atau pintu gerbang kampung. Honai dibuat dalam dua bagian, yakni honai laki-laki dan honai perempuan. Selain kedua honai juga dibangun dapur dan kandang babi. Setiap honai memiliki loteng sebagai tempat tidur.
3.      Cara  Orang Lani Membuat Honai dan Bahan-bahan pembuatannya
       Orang Lani tidak pernah membangun rumah atau membuat honai di sembarang tempat atau di tempat terlarang. Tempat terlarang, artinya daerah rawan longsor, daerah berkebun, daerah hutan lindung, atau tempat-tempat lain yang dilarang untuk membangun rumah.
       Orang Lani tidak pernah ceroboh dalam membangun rumah, mereka mempertimbangkan secara dalam dan matang berbagai   risiko yang akan terjadi. Bahkan sejak leluhur dan nenek  moyangnya, orang Lani tidak pernah  pindah-pindah dari  satu  tempat ke tempat  yang lain. Tetapi, mereka  mengenal dusun mereka, tanah mereka dan segala-galanya. Orang Lani dalam membuat honai membuat posisi pintu yang arahnya berhadapan ke timur (arah matahari terbit) atau ke arah barat (arah matahari terbenam).
       Orang Lani memilih bahan-bahan bangunannya dari kayu, tali, dan alang-alang terpilih khusus, dan berkualitas. Dalam  honai itu juga ada empat pilar dan penyangga yang terpilih dari kayu khusus. Memang sangat kompleks untuk dijelaskan dalam topik ini. Tetapi itu merupakan gambaran singkat tentang proses pembuatan honai.
4.      Perbandingan dari ketiga suku
Bahan untuk membuat honai adalah sama, yakni terdiri dari kayu, tali dan alang-alang. Bentuk honai bagi orang Dani dan Lani berbentuk bulat dan memiliki loteng sebagai tempat tidur. Honai mereka terpisah antara honai laki-laki dan perempuan. Sedangkan honai suku Mee berbentuk lonjong dan memiliki kamar-kamar yang memisahkan kamar laki-laki dan perempuan.
PENUTUP
Setiap suku di suatu daerah tentunya memiliki ciri khas kebudayaannya masing-masing. Ciri ini membedakan satu suku dengan suku lainnya. Hal yang sama juga terlihat pada ketiga suku (Dani, Lani dan Mee) tersebut. Dari hasil pembahasan di atas, kami menyimpulkan bahwa dari ketiga suku ini terdapat persamaan dan perbedaaan yang khas dari setiap suku. Sebagaimana telah diuraikan di atas, misalnya; letak geografis ketiga suku ini hampir sama, yakni terletak di antara gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Selain itu, terdapat hutan-hutan yang luas dan memiliki berbagai jenis kayu. Pada umumnya mata pencaharian dari ketiga suku tersebut adalah bertani/berkebun. Pada ketiga suku ini juga, di setiap suku memiliki marga dalam masyarakatnya. Persamaan dan perbedaan lainnya nampak dalam pembuatan honai di mana suku Dani dan Lani cara pembuatannya hampir sama. Sedangkan suku Mee menampilkan cara pembuatan honainya berbeda dengan suku Dani dan Lani tetapi bahan yang digunakan hampir sama. Perbedaan dan persamaan yang ada menunjukkan karakteristik mereka sebagai masyarakat pegunungan.






[1] Semak-semak kecil dibawah pohon-pohon besar dengan cirri-ciri di atas permukaan daun bagian bawah biasanya bersisik atau berbuluh.
[2] Yahoo Groups, http://groups.com/group/komunitas Papua/message/11723.
[3] Titus Christ Pekei, Manusia Mee Di Papua, Yogyakarta: Galangpress, 2005, hlm 30.
[4] Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat ,Studi Kepemilikan Tanah Adat Di Distrik Aradide Kabupaten Paniai, Provinsi Papua, Univeritas Atma Jaya, Jakarta. 2008. Hal 17.
[5] Hasil penelitian, Alo Welaf,dkk.
[6] Wawancara dengan Anton Mote di Wisma Tiga Raja, Seminari Tinggi Yerusalem Baru, Minggu,9 Oktober 2011.