Rabu, 16 November 2011

Suku-suku pegunungan Papua


A.     Tugas Seminar Antropologi 


Nama-nama Suku Pegunungan:  

1.      Suku Dani atau Hubula
2.      Suku Yali
3.      Suku Lani
4.      Suku Mee
5.      Suku Moni
6.      Suku Ngalum
7.      Suku Amungme

B.     Letak Geografi
Suku-suku pegunungan menyebar di dataran tinggi jantung pulau Papua. Topografi terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Di antara puncak-puncak gunung yang ada, di antaranya selalu tertutup salju, misalnya Puncak Trikora (4.750m), Puncak Yamin (4.595m) dan Puncak Mandala (4.760m). Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur atau gamping dan granit yang terdapat di daerah pegunungan, sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran endapan lumpur, tanah liat dan lempung. Di daerah pegunungan terdapat banyak margasatwa yang aneh dan menarik yang hidup di tengah-tengah pepohonan tropis yang luas dan beranekaragam. Hutan-hutan tropis ditumbuhi oleh berbagai tumbuhan dan hutan cemara dan semak rhodedendronds[1] dan spesies tanaman pakis dan anggrek yang sangat mengagumkan. Dekat dengan daerah salju di puncak-puncak gunung terdapat tanaman tundra. Hutan-hutan juga memiliki jenis-jenis kayu yang beranekaragam. Hutan-hutan dan padang rumput pegunungan merupakan tempat hidup kuskus, kanguru kasuari dan banyak spesies burung misalnya cenderawasih, mambruk dan nuri. Selain itu juga ada jenis kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya[2].
C.    Sistem Pertanian
1.      Sistem Pertanian Suku Mee[3]
Bertani bagi orang Mee disebut bugi. Ladang bagi orang Mee sangat beragam, yakni di sekitar perbukitan lereng, lembah, pesisir danau, tergantung pada kehidupan masyarakat. Bugi merupakan sumber kehidupan bagi orang Mee. Mereka bertani dengan menggunakan alat-alat pertanian yang terbuat dari batu dan kayu yakni: kapak batu (maumi) yang digunakan untuk menebang pohon, wadi yang berfungsi sebagai linggis untuk mencungkil dan menggaruk tanah dan patau yang berfungsi sebagai sekop atau pacul untuk mencangkul dan menggemburkan tanah. Setelah mengenal dunia luar orang Mee mulai menggunakan alat-alat pertanian yang terbuat dari besi baja. Tugas kaum laki-laki adalah membuka ladang yakni menebang pohon-pohon besar, membersihkan dan membakar dahan-dahan kayu sedangkan tugas perempuan bercocok tanam, memelihara tanaman dan memungut hasil tanaman di ladang. Tanaman yang ditanam berupa ubi jalar (nota), sayur-mayur, pisang dan tebu.
2.      Sistem Pertanian Suku Dani
Mata pencaharian hidup orang Dani yang utama adalah bercocok tanam. Kebun-kebun yang dibuat tidak hanya di lembah tetapi juga di lereng-lereng gunung yang curam. Proses pekerjaan bercocok tanam diawali dengan membuat pagar untuk mengamankan dari gangguan hewan. Kemudian proses selanjutnya menebang pohon-pohon dan memotong semak-semak belukar. Setelah batang, dahan, daun-daun dan belukar dipotong-potong lalu dibakar. Cara bercocok tanam orang Dani adalah berpindah-pindah. Tanah digarap selama beberapa musim tanam, dan apabila tanah tidak subur karena kehabisan zat-zatnya, lahan ditinggalkan. Tanah bekas kebun itu ditinggalkan menjadi subur kembali. Alat-alat pertanian suku Dani adalah sege, yaga, dan tugi. Selain alat-alat pertanian tradisional, masyarakat suku Dani sekarang juga menggunakan alat-alat pertanian yang terbuat dari besi/baja yakni sekop, kampak dan parang.

3.      Sistem Pertanian Suku Lani
Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat suku Lani adalah bertani. Tanaman yang biasanya ditanam adalah ubi. Dalam melakukan pekerjaan ada pembagian tugas. Perempuan bekerja di ladang sedangkan laki-laki membuat pagar. Selain menanam ubi, mereka juga menanam pisang, alpukat, buah merah, jeruk dan nenas serta berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Alat-alat  pertanian yang biasa digunakan hampir sama dengan suku Dani yakni sege, yaga, dan tugi. Selain alat-alat pertanian tradisional, masyarakat suku Lani sekarang juga menggunakan alat-alat pertanian yang terbuat dari besi/baja yakni sekop, kampak dan parang.
Dari ketiga suku ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pertanian masyarakat pegunungan adalah bertani. Mereka menanam ubi-ubian sebagai makanan pokok mereka setiap hari. Mereka mengenal alat-alat pertanian tradisional yang membantu mereka mengolah lahan pertanian. Dari ketiga suku ini dapat dilihat bahwa mereka menggunakan alat-alat peranian yang terbuat dari batu dan kayu. Namun karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang peranian dan masuknya pengaruh dari luar ke suku-suku pegunungan, maka mereka pun mengenal alat-alat pertanian modern yang terbuat dari besi.
D.    Nama Marga
1.      Nama-nama Marga Suku Dani

Wita
Waya

Kossay
Wamu
Asso
Itlay
Kurisi
Elokpere
Wandikbo
Mawel
Wilill
Lagowan
Walilo
Jogobi
Lani
Molama
Mulait  
Isaba
Wandik
Pawika
Kalolik
   Lengka         
Huby
Matuan
Hisage
Haluk  
Siep
Logo 
Ikinia
Oagai
Meage
Halitapo
Walela
Doga
Himan
Waliaggen
Lokobal
Surabut
Heselo
Jelipele                                         
    Hilapok
    Dabi


2.      Nama-nama Marga Suku Mee[4]




Makituma
Wodapa
Mogotuma
Yinatuma
Yatipai
Yogi
Boma
Pekei
Nawipa
Magai
Tatogo
Degei
Muyapa
Tenoye
Pigome
Mote
Kadepa
Kobepa
Tekege
Tebai
Kayame
Yeimo
Utti
Takimai
Kogi
Dogopia
Adii
Yukei
Madai
Nakapa
Tagi
Gobai
Pigai
Kedepa

Kudiai
Bunai
You

Dou

3.      Ada banyak marga di kalangan orang Lani, seperti; [5]
No
Waya
Wita
1
Kogoya
Wenda
2
Tabuni
Yikwa
3
Telenggen
Yigibalom
4
Wanimbo
Wakerkwa
5
Yoman
Kowo
6
Togodly
Yanengga
7
Karoba
Morip
8
Kenelak
Murip
9
Gire
Wonda
10
Pagawak
Komba
11
Kulluawa
Wandikbo
12
Pagawak
Enembe
13
Weya
Kelambok
14
Karoba
Gombo
15

Penggu
16

Pambinggen
17

Helakombo
18

Anggemon
19

Walianggen
20

Dual
21

Yanengga
22

Payokwa
23

Tabo

E.     Cara membuat Honai
1.      Cara orang Mee membuat Honai[6]
Honai bagi orang Mee disebut yuwo owa. Berbentuk lonjong yang terdiri dari dua kamar, yakni kamar laki-laki dan kamar perempuan yang dipisahkan oleh lorong masuk. Yuwo owa disertai dengan para-para sebagai tempat dansa.  Pada awalnya mereka menyediakan bahan-bahan berupa tali, kayu, dan alang-alang. Pembuatan: pertama-tama adalah perencanaan. Pada tahap ini mereka berunding untuk waktu yang tepat untuk membuat rumah. Mereka juga akan melakukan pembagian tugas untuk  mencari bahan bangunan. Setelah bahan sudah siap mereka akan mulai membuat rumah dalam jangka waktu satu hari. Setelah rumah selesai dibuat mereka akan menentukan waktu untuk meresmikan rumah.  
2.      Cara orang Dani membuat Honai
Pada awalnya Orang Dani meyediakan bahan untuk membuat  honai, yakni  kayu, tali, alang-alang, dan bambu. Honai biasanya dibangun di atas tanah perkampungan dimana pintu honai harus menghadap ke gapura atau pintu gerbang kampung. Honai dibuat dalam dua bagian, yakni honai laki-laki dan honai perempuan. Selain kedua honai juga dibangun dapur dan kandang babi. Setiap honai memiliki loteng sebagai tempat tidur.
3.      Cara  Orang Lani Membuat Honai dan Bahan-bahan pembuatannya
       Orang Lani tidak pernah membangun rumah atau membuat honai di sembarang tempat atau di tempat terlarang. Tempat terlarang, artinya daerah rawan longsor, daerah berkebun, daerah hutan lindung, atau tempat-tempat lain yang dilarang untuk membangun rumah.
       Orang Lani tidak pernah ceroboh dalam membangun rumah, mereka mempertimbangkan secara dalam dan matang berbagai   risiko yang akan terjadi. Bahkan sejak leluhur dan nenek  moyangnya, orang Lani tidak pernah  pindah-pindah dari  satu  tempat ke tempat  yang lain. Tetapi, mereka  mengenal dusun mereka, tanah mereka dan segala-galanya. Orang Lani dalam membuat honai membuat posisi pintu yang arahnya berhadapan ke timur (arah matahari terbit) atau ke arah barat (arah matahari terbenam).
       Orang Lani memilih bahan-bahan bangunannya dari kayu, tali, dan alang-alang terpilih khusus, dan berkualitas. Dalam  honai itu juga ada empat pilar dan penyangga yang terpilih dari kayu khusus. Memang sangat kompleks untuk dijelaskan dalam topik ini. Tetapi itu merupakan gambaran singkat tentang proses pembuatan honai.
4.      Perbandingan dari ketiga suku
Bahan untuk membuat honai adalah sama, yakni terdiri dari kayu, tali dan alang-alang. Bentuk honai bagi orang Dani dan Lani berbentuk bulat dan memiliki loteng sebagai tempat tidur. Honai mereka terpisah antara honai laki-laki dan perempuan. Sedangkan honai suku Mee berbentuk lonjong dan memiliki kamar-kamar yang memisahkan kamar laki-laki dan perempuan.
PENUTUP
Setiap suku di suatu daerah tentunya memiliki ciri khas kebudayaannya masing-masing. Ciri ini membedakan satu suku dengan suku lainnya. Hal yang sama juga terlihat pada ketiga suku (Dani, Lani dan Mee) tersebut. Dari hasil pembahasan di atas, kami menyimpulkan bahwa dari ketiga suku ini terdapat persamaan dan perbedaaan yang khas dari setiap suku. Sebagaimana telah diuraikan di atas, misalnya; letak geografis ketiga suku ini hampir sama, yakni terletak di antara gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Selain itu, terdapat hutan-hutan yang luas dan memiliki berbagai jenis kayu. Pada umumnya mata pencaharian dari ketiga suku tersebut adalah bertani/berkebun. Pada ketiga suku ini juga, di setiap suku memiliki marga dalam masyarakatnya. Persamaan dan perbedaan lainnya nampak dalam pembuatan honai di mana suku Dani dan Lani cara pembuatannya hampir sama. Sedangkan suku Mee menampilkan cara pembuatan honainya berbeda dengan suku Dani dan Lani tetapi bahan yang digunakan hampir sama. Perbedaan dan persamaan yang ada menunjukkan karakteristik mereka sebagai masyarakat pegunungan.






[1] Semak-semak kecil dibawah pohon-pohon besar dengan cirri-ciri di atas permukaan daun bagian bawah biasanya bersisik atau berbuluh.
[2] Yahoo Groups, http://groups.com/group/komunitas Papua/message/11723.
[3] Titus Christ Pekei, Manusia Mee Di Papua, Yogyakarta: Galangpress, 2005, hlm 30.
[4] Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat ,Studi Kepemilikan Tanah Adat Di Distrik Aradide Kabupaten Paniai, Provinsi Papua, Univeritas Atma Jaya, Jakarta. 2008. Hal 17.
[5] Hasil penelitian, Alo Welaf,dkk.
[6] Wawancara dengan Anton Mote di Wisma Tiga Raja, Seminari Tinggi Yerusalem Baru, Minggu,9 Oktober 2011.

1 komentar: