Rabu, 16 November 2011

FILSAFAT SOSIAL BUDAYA


FILSAFAT SOSIAL BUDAYA
Hasil Ringkasan Kelompok IV tentang Filsafat Sosial Pada Abad ke-20
Oleh :
Sdra. Alexius Pereira, Ayustus Lim, Fransiskus Luan, Krisantus Dogopia & Yohanis Lartutul

Revolusi Rusia
Persaingan industri di seluruh dunia antara kekuatan-kekuatan Eropa, menjadi salah satu penyebab utama terjadinya perang dunia I. Ketika perang dunia pecah, partai-partai sosial demokrat berbagai serikat buruh mendukung negeri mereka masing-masing; loyalitas terhadap kaum borjuis nasional mengalahkan solidaritas terhadap kaum buruh di negeri-negeri lain. Diukur menurut standar Eropa, Rusia adalah negeri yang amat terbelakang. Mode produksi feodal telah dihapus secara resmi dengan dibebaskan kaum serf pada tahun 1860-an. Kondisi kaum proletar jauh lebih buruk dibandingkan wilayah Eropa lainnya dan ini kemudian diartikan bahwa pasar dalam negeri bagi produk-produk industri Rusia jauh lebih kecil dibandingkan jumlah penduduk. Tidak ada yang bisa disebandingkan dengan lapisan buruh terampil yang relatif sejahtera yang telah terbentuk di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Aktivitas serikat dagang dan agitasi sosialis dilarang oleh undang-undang, dengan demikian organisasi-organisasi kelas buruh terpaksa bergerak di bawah-tanah dan banyak di antara pemimpinnya dibuang ke pengasingan. Upaya revolusi tahun 1905 bisa ditumpas. Pada tahun-tahun berikutnya, perpecahan yang terjadi  di dalam Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia antara kaum reformis dan kelompok revolusioner menjadi kian meluas dan jika pertumbuahn ekonomi serta konsesi dari kaum borjuis telah mendorong reformisme di Eropa Barat dan Amerika Serikat, di Rusia tidak terjadi perkembangan yang demikian itu.
Sayap mayoritas atau sayap “Bolshevik” Partai Demokrat Rusia dipimpin oleh Lenin dipandang sebagai pelarian politik di Eropa Barat dimana ia telah menyaksikan betapa serikat-serikat dagang dan partai-partai sosialis bisa diakomodasi di dalam kapitalisme dalam arti bahwa kaum buruh lebih memilih keuntugan ekonomis jangka pendek daripada kemenangan politik yang berjangka panjang. Lenin menyimpulkan bahwa hanyalah partai-partai yang berukuran kecil, terorganisasi dengan baik dan sangat berdisiplin yang terdiri dari orang-orang revolusioner professional yang teguh, yang akan mampu untuk tetap setia pada tujuan jangka panjang berupa kekuasaan politik proletariat tanpa terbujuk oleh penyimpangan-penyimpangan reformisme. Pemikiran dari Lenin ini mendapatkan kritikan dari kalangan reformis dan kubu revolusioner seperti Rosa Luxemburg. Rosa dan pengikutnya di dalam Partai Sosial Demokrat Jerman khawatir jika partai lantas menjadi kelompok elite dan ia melihat bahaya di dalam disiplin partai yang terlampau berlebihan dimana kaum militer, penjara dan polisi akan menjadi terlampau berkelebihan jumlahnya karena tidak akan ada kelas penguasa yang berusaha melindungi hak milik dan kekuasaannya. Mengikuti Marx, Lenin menyimpulkan bahwa perlu untuk semetara menghapus negara borjuis dan menggantikannya dengan negara kaum buruh, kediktatoran oleh mayoritas proletar, yang secara perlahan-lahan menyingkirkan gerakan-gerakan kontra- revolusioner dan menghapus sisa-sisa dominasi borjuis pada semua tingkat. Dalam hal ini sayap kiri Partai Sosial Demokrat Jerman tidak sependapat dengan Lenin. Mereka yakin bahwa masyarakat tanpa kelas harus bersifat demokratis dan terdesentralisasi, maka mereka berpendapat bahwa lahirnya masyarakat seperti itu harus ditunda secara tak terbatas atau bahkan dicegah jika satu bentuk represi negara sekedar digantikan oleh represi lainnya dan jika tujuan-tujuan yang demokratis digunakan untuk membenarkan cara-cara yang tidak demokratis.
Peperangan dengan Jerman membawa Rusia ke ambang keruntuhan dimana terjadi pemberontakkan di tubuh militer dan angkatan Laut serta pemberontakan petani dan buruh pada bulan Februari 1917 yang membawa koalisi sosialis liberal dan reformis menuju tampuk kekuasaan. Dalam situasi ini, fraksi Bolshevik dari Partai Sosial Demokrat merupakan organisasi yang paling efisien dan pada bulan oktober 1917 mereka mengambil alih kekuasaan sesudah terjadinya pemberontakan oleh kalangan militer, petani dan buruh yang selanjutnya diorganisasikan kedalam komite lokal yang dikenal sebagai ‘soviet’. Negeri itu menjadi Republik Sosialis Uni Soviet, sedangkan fraksi Bolshevik dari Partai Sosial Demokrat menjadi Partai Komonis Uni Soviet. Kemudian sejak tahun 1920 dan selanjutnya, dimulailah transformasi atas wilayah pedesaan yang luas dan menyeluruh menjadi masyarakat industri yang terpadu.
Revolusi sosialis pertama telah berlangsung, namun menurut Lenin ini dikarenakan kapitalisme telah meluas menjadi mode produksi internasional dan tidak lagi nasional; krisis kapitalis kini akan terjadi pada skala internasional dan revolusi sosialis dengan demikian harus bersifat internasional pula. Salah satu langkah pertama Revolusia Rusia adalah nasionalisasi lahan: lahan-lahan luas dibagi dan hak untuk menggunakannya serta membudidayakan lahan diserahkan kepada petani dan buruh. Sistem ini mengakibatkan regenerasi pertanian secara pesat, namun juga melahirkan pembagian kelas antara kaum petani yang kaya dan petani yang dipekerjakan oleh mereka. Dalam hal ini, perkembangan terbukti berhasil. Namun secara politik, kediktatoran proletariat tidak membuka jalan bagi perencanaan sosial yang semakin demokratis; ia justru mengarah pada kediktatoran oleh kelompok para pejabat partai yang semakin kecil.
Eropa di Antara Dua Perang Dunia
Setelah perang dunia I menghasilkan perluasan partisipasi demokrasi yakni kaum perempuan mendapatkan hak suara dan politik yang setara. Keterlibatan kaum perempuan dalam berbagai tugas perang di medan peperangan dalam negerilah yang memberikan dorongan kampanye tentang hak-hak kaum perempuan di kebanyakan negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Namun di Belgia dan Swiss kaum perempuan tidak mendapatkan hak suara sampai sesudah perang dunia II.
Sejak tahun 1920-an ekonomi kapitalis didominasi oleh kecenderungan menuju resesi yang berpuncak pada kebangkrutan. Semua ini di sebabkan oleh tingkat pengangguran yang tinggi, pemogokan dan penutupan perusahaan terjadi di mana-mana. Banyak orang yang merasakan krisis ini terutama kalangan borjuis kecil. Untuk mengatasi hal ini maka adanya program politik yakni hukum dan ketertiban yang melarang pemogokan dan penutupan perusahaan, dan menghentikan pertikaian di pasar tenaga kerja tanpa menghiraukan negosiasi antara majikan dan buruh. Upah ditentukan oleh hukum dengan tingkat laba yang cukup memadai.
Tahun 1920-an dan 1930-an di seluruh Eropa Barat, Italia, Portugal, Jerman, dan Spanyol partai-partai fasis. Istilah Fasisme digunakan untuk menyebut ide-ide partai fasis Italia di bawah kepemimpinan Mussolini. Fasisme Italia meliputi pemujaan yang sistematis terhadap negara, di mana Mussolini mangacu pada warisan Kekaisaran Romawi, dan mengeksploitasi kecemasan yang meluas terhadap komunisme dan revolusi. Bentuk fasisme Jerman yakni Nazisme berupaya mendukung kekuasaan Hitler dengan menggunakan ide keunggulan ras Arya.
Fasisme bukanlah fenomena yang khas Jerman atau Italia. Ia adalah jalan yang ditempuh oleh perekonomian kapitalis, suatu jalan yang ada kaitannya dengan godaan terhadap kepentingan-kepentingan kapitalis yang kuat ketika krisis mencapai proporsi yang sedemikian besar, sehingga keresahan sosial yang menyertainya tampak mengancam kepemilikan pribadi atas sarana-sarana produksi.
Liberalisme dan Intervensi Negara Sesudah Tahun 1945
            Krisis ekonomi kapitalis berlanjut sampai sesudah perang dunia II. Industri-industri yang masih berjalan mendapat laba yang besar, dan munculnya Amerika sebagai kekuatan dominan yang absolut, yang menanamkan modal ke seluruh dunia, menjadi basis pertumbuhan ekonomi yang pesat di seluruh dunia yang non-komunis.
            Menurut John Maynard Keynes kecenderungan yang berbahaya dalam perekonomian kapitalis bisa dicegah jika negara bersedia memperluas anggaran belanja publik dalam sektor-sektor ekonomi non-produktif, seperti transportasi, pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ini tidak akan menyebabkan kelebihan produksi, namun akan meningkatkan permintaan dengan mengurangi tingkat pengangguran. Pengeluaran anggaran juga menguntungkan dari segi lain yakni memperbaiki transportasi dan komunikasi akan membantu perdagangan, dan angkatan kerja akan lebih produktif. Selama terjadinya ledakan ekonomi, baik dalam sektor privat maupun publik, terjadi ekspansi industri secara besar-besaran, sedangkan dalam konteks internasional, wilayah-wilayah yang sebelumnya merupakan daerah jajahan bertindak sebagai pengekspor bahan baku dan pengimpor teknologi asing yang sangat menguntungkan negara-negara kapitalis terpenting di Eropa dan Amerika Serikat.
Locke, Kant, dan J.S. Mill membela liberalisme atas nama martabat manusia dan kesetaraan hak, dan demi membebaskan kemanusiaan dari penindasan politik, ekonomi dan psikologi. Namun dalam periode pasca perang, pertahanan utama msayarakat masyarakat kapitalis adalah klaim bahwa persoalan tentang apa yang baik bagi masyarakat tidak dijawab sama sekali, dan satu-satunya yang bisa dilakukan oleh para ilmuan sosial adalah menggambarkan bagaimanakah lembaga sosial yang ada berjalan secara aktual, sedangkan para filsuf sosial hanya menganalisis bahasa yang dipakai orang-orang untuk berbicara tentang masalah moral, legal, politik, dan menghindari pembahasan apapun tentang apakah lembaga-lembaga sosial yang ada harus  mengalami perubahan.

Dunia Sesudah Tahun 1968
            Meski sudah diterapkan berbagai kebijakan manajemen krisis, tanda-tanda terjadinya resesi perekonomian kapitalis mulai muncul pada akhir tahun 1960. Itu mengakibatkan kenaikan harga-harga bahan baku. Krisis ekonomi disebabkan oleh rendahnya laba, kelebihan produksi dan meningkatnya pengangguran. Dalam bidang politik internasional, krisis di negara-negara maju berkaitan dengan perubahan kekuasaan dari pusat-pusat lama menuju berbagai sektor pinggiran yang menghasilkan bahan baku.
            Isyarat pertama akan terjadinya krisis ekonomi itu berjalan seiring dengan gerakan rakyat di seluruh dunia yang mengakhiri apati politik tahun 1950-an dan awal 1960-an. Kaum perempuan mulai sekali lagi bergabung melawan penindasan seksual. Minoritas-minoritas etnis melancarkan protes melawan diskriminasi. Para mahasiswa memprotes lembaga-lembaga pendidikan yang hirarhis dan menuntut hak untuk ikut memutuskan bentuk pendidikan mereka sendiri. Namun tidak ada satu pun di antara gerakan-gerakan itu yang melakukan sesuatu yang membantu kelas buruh dan organisasi-organisasinya, yang semakin mengalami tekanan sebagai akibat dari krisis. Tekanan ini telah menyebabkan munculnya gelombang baru militansi serikat dagang dan tuntutan balasan dikarenakan pembatasan kekuatan serikat-serikat dagang.
            Perbedaan mendasar antara solusi kapitalis dan sosialis terkait dengan pembagian sosial atas tenaga kerja dan hak kepemilikan. Kaum kapitalis menganggap tenaga kerja adalah komoditas yang bisa dibeli dan dipakai untuk tujuan kepemilikan pribadi, dan mereka memandang pengangguran sebagai bagian esensial aparat regulasi ekonomi. Sedangkan kaum sosialis memandang tenaga kerja sebagai hak kemanusiaan, yang harus dipilah dalam proses perencanaan sosial secara sadar, yang dengan demikian akan menghapuskan pengangguran. Di kalangan kubu kapitalis, terdapat kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan kontrol manajerial atas proses kerja melalui otomatisasi. Demikian pula pada tingkat politik negara, pemerintah bisa menggunakan hukum dan polisi untuk mendisiplinkan kelas buruh atau jika tidak mereka bisa mengintegrasikan serikat-serikat dagang ke dalam perekonamian.
            Dalam masyarakat kapitalis, berbagai strategi kapitalis yang mungkin dijalankan itu bisa ditandingi dengan berbagai tanggapan sosialis, namun di kalangan sosialis tidak ada kesepakatan tentang seperti apakah tanggapan tersebut, dan tidak ada kesepakatan pula tentang seperti apakah kandungan sosialisme yang seharusnya. Sedangkan pada tataran politik, kaum sosialis bisa memilih di antara sejumlah pandangan tentang peran utama negara yang dijalankan dengan prinsip sosialisme, mulai dari perencanaan serta agen administrasi global atau nasional yang sangat terpusat. Di sekitar dua kutub yakni kapitalis dan sosialis, terdapat berbagai teori tentang organisasi rumah dan lainnya.
            Isu-isu di atas mengandung dimensi filosofis bagi mereka; pertama karena praktik-praktik dan lembaga-lembaga yang ada sarat dengan filsafat-filsafat sosial dari masa silam; kedua, karena pembahasan atas masalah-masalah sosial harus selalu melibatkan pertimbangan tentang seperti apakah cara-cara yang ditempuh untuk mengajukan masalah sosial itu, dan bagaimana perkembangan baru harus dikonsepsikan. Masalah-masalah itu merupakan masalah yang bisa diberi sumbangan oleh filsafat hanya jika filsafata keluar dari persoalan-persoalan konseptual yang dianggap nirwaktu dan tidak historis.
            Di masa silam, filsafat sosial menaruh perhatian pada isu-isu tentang yang benar dan salah dalam hal pendistribusian tenaga kerja dan hak kepemilikan para filsuf telah berusaha memberikan pembenaran eksplisit untuk mengorganisasikan kehidupan sosial dengan cara tertentu. Perkembangan kehidupan sosial pada abad ke-20 telah menjadikannya lebih sulit. Kajian atas filsafat sosial bukan hanya penting untuk mencermati berbagai hal melalui perspektif yang lebih luas, namun juga untuk menetapkan pikiran, dengan cara yang terpelajar, tantang apa yang harus dilakukan.
Tanggapan Kritis : Filsafat Sosial pada abad ke-20
Lenin telah memberikan kesimpulan bahwa hanyalah partai-partai yang berukuran kecil, terorganisasi dengan baik dan sangat berdisiplin yang terdiri dari orang-orang revolusioner professional yang teguh, yang akan mampu untuk tetap setia pada tujuan jangka panjang berupa kekuasaan politik proletariat tanpa terbujuk oleh penyimpangan-penyimpangan reformisme. Bertolak dari pemikiran Lenin ini, muncul kritikan tegas dari kalangan reformis dan kubu revolusioner seperti Rosa Luxemburg. Rosa dan pengikutnya di dalam Partai Sosial Demokrat Jerman yang khawatir jika partai lantas menjadi kelompok elite dan ia melihat bahaya di dalam disiplin partai yang terlampau berlebihan dimana kaum militer, penjara dan polisi akan menjadi terlampau berkelebihan jumlahnya karena tidak akan ada kelas penguasa yang berusaha melindungi hak milik dan kekuasaannya. Mengikuti Marx, Lenin menyimpulkan bahwa perlu untuk semetara menghapus negara borjuis dan menggantikannya dengan negara kaum buruh, kediktatoran oleh mayoritas proletar, yang secara perlahan-lahan menyingkirkan gerakan-gerakan kontra- revolusioner dan menghapus sisa-sisa dominasi borjuis pada semua tingkat. Dalam hal ini sayap kiri Partai Sosial Demokrat Jerman tidak sependapat dengan Lenin. Mereka yakin bahwa masyarakat tanpa kelas harus bersifat demokratis dan terdesentralisasi, maka mereka berpendapat bahwa lahirnya masyarakat seperti itu harus dicegah
Revolusi sosialis pertama telah berlangsung, namun menurut Lenin ini dikarenakan kapitalisme telah meluas menjadi mode produksi internasional dan tidak lagi nasional; krisis kapitalis kini akan terjadi pada skala internasional dan revolusi sosialis dengan demikian harus bersifat internasional pula. Salah satu langkah pertama Revolusia Rusia adalah nasionalisasi lahan: lahan-lahan luas dibagi dan hak untuk menggunakannya serta membudidayakan lahan diserahkan kepada petani dan buruh. Sistem ini mengakibatkan regenerasi pertanian secara pesat, namun juga melahirkan pembagian kelas antara kaum petani yang kaya dan petani yang dipekerjakan oleh mereka.
Setelah perang dunia I menghasilkan perluasan partisipasi demokrasi yakni kaum perempuan mendapatkan hak suara dan politik yang setara. Keterlibatan kaum perempuan dalam berbagai tugas perang di medan peperangan dalam negerilah yang memberikan dorongan kampanye tentang hak-hak kaum perempuan di kebanyakan negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Sejak tahun 1920-an ekonomi kapitalis didominasi oleh kecenderungan menuju resesi yang berpuncak pada kebangkrutan. Semua ini di sebabkan oleh tingkat pengangguran yang tinggi, pemogokan dan penutupan perusahaan terjadi di mana-mana. Banyak orang yang merasakan krisis ini terutama kalangan borjuis kecil. Untuk mengatasi hal ini maka adanya program politik yakni hukum dan ketertiban yang melarang pemogokan dan penutupan perusahaan, dan menghentikan pertikaian di pasar tenaga kerja tanpa menghiraukan negosiasi antara majikan dan buruh. Upah ditentukan oleh hukum dengan tingkat laba yang cukup memadai.
            Menurut John Maynard Keynes kecenderungan yang berbahaya dalam perekonomian kapitalis bisa dicegah jika negara bersedia memperluas anggaran belanja publik dalam sektor-sektor ekonomi non-produktif, seperti transportasi, pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ini tidak akan menyebabkan kelebihan produksi, namun akan meningkatkan permintaan dengan mengurangi tingkat pengangguran.
Locke, Kant, dan J.S. Mill membela liberalisme atas nama martabat manusia dan kesetaraan hak, dan demi membebaskan kemanusiaan dari penindasan politik, ekonomi dan psikologi.
            . Krisis ekonomi disebabkan oleh rendahnya laba, kelebihan produksi dan meningkatnya pengangguran. Perbedaan mendasar antara solusi kapitalis dan sosialis terkait dengan pembagian sosial atas tenaga kerja dan hak kepemilikan. Kaum kapitalis menganggap tenaga kerja adalah komoditas yang bisa dibeli dan dipakai untuk tujuan kepemilikan pribadi, dan mereka memandang pengangguran sebagai bagian esensial aparat regulasi ekonomi. Sedangkan kaum sosialis memandang tenaga kerja sebagai hak kemanusiaan, yang harus dipilah dalam proses perencanaan sosial secara sadar, yang dengan demikian akan menghapuskan pengangguran. Di kalangan kubu kapitalis, terdapat kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan kontrol manajerial atas proses kerja melalui otomatisasi.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar