Jumat, 02 Desember 2011

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MASA REMAJA

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MASA REMAJA
(OLEH: STEFANUS KOBESI)

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….          
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….           
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….                      
A.    LATARBELAKANG……………………………………………………..                       
B.     RUMUSAN MASALAH……………………………………………………        
C.    MANFAAT PENULISAN…………………………………………………
D.    METODE PENULISAN……………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………
1.      PERKEMBANGAN FISIK………………………………………………..
1.1 Pubertas: akhir masa kanak-kanak………………………………….
1.2 Pertumbuhan dewasa………………………………………………….
1.3 Tanda-tanda Kematangan Seksual: produksi sperma dan haid…….
1.4 Otak Remaja…………………………………………………………….
1.5 Kesehatan Fisik dan Mental…………………………………………….
1.6 Gizi dan gangguan makan ………………………………………………
2.      PERKEMBANGAN KOGNITIF…………………………………………
2.1 Aspek dari kematangan kognitif………………………………………..
2.2 Penalaran Moral: Teori Kohlberg……………………………………….
2.3 Persiapan pendidikan dan pekerjaan……………………………………
2.4 Keterlibatan Aktif (active angagement)………………………………….
3.      PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL……………………………………….
3.1 Pencarian Identitas………………………………………………………
3.2 Identitas versus Kekacauan Identitas…………………………………………
3.3 Status Identitas-Krisis dan Komitmen………………………………………..
3.4 Perbedaan Gender dalam Pembentukan identitas……………………………
3.5 Faktor Etnik dan Pembentukan Identitas……………………………………..
3.6 Orientasi Seksual dan identitas…………………………………………………
3.7 Hubungan dengan Keluarga, Teman Sebaya dan Orang Dewasa…………..
3.8 Struktur Keluarga, Pekerjaan Ibu, dan Tekanan Ekonomi………………..
3.9 Hubungan dalam masa remaja……………………………………………….
3. 10  Kenakalan Remaja …………………………………………………………..
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….
A.    KEIMPULAN………………………………………………………………………..
B.     SARAN……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………








BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja umumnya ditandai dengan munculnya pubertas, yaitu proses yang akhirnya menghasilkan kematangan seksual atau kemampuan untuk melakukan reproduksi. Masa remaja awal (sekitar 10/11 tahun – 14 tahun), merupakan masa peralihan yang ditandai dengan perubahan-perubahan di berbagai dimensi seperti fisik, kognitif dan psikososial.
Perkembangan fisik, kognitif dan psikosial pada masa remaja sangat mempengaruhi kehidupaan kaum remaja. Pandangan terhadap perkembangan manusia yang meyakini bahwa perubahan atas perilaku merupakan hasil dari pengalaman atau adaptasi terhadap lingkungan, dapat dipakai juga untuk kaum remaja sebab remaja lebih cenderung untuk mengenal lingkungan sekitar, ini berarti bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada kaum remaja juga merupakan hasil dari pengalaman atau adaptasi terhadap lingkungan. Remaja cenderung untuk lebih mengenal lingkungan yang lebih luas, hal ini menjadi faktor bagi perkembangan seseorang pada masa remaja.
B. RUMUSAN MASALAH
·         Mengkaji dan mendeskripsikan perkembangan remaja baik perkembangan fisik, kognitif dan psikososial
·         Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan diri seorang remaja.
C. MANFAAT PENULISAN
·         Mengetahui perkembangan-perkembangan pada masa remaja
·         Mempelajari perkembangan-perkembangan pada masa remaja
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan agar mempermudah penulis dengan buku-buku yang tersedia dan juga dalam merangkum materi.
BAB II PEMBAHASAN
1. PERKEMBANGAN FISIK
   1.1 Pubertas: akhir masa kanak-kanak
Perubahan biologis yang menandai berakhirnya masa kanak-kanak terdiri dari pertumbuhan yang cepat dalam aspek tinggi dan berat badan, perubahan proporsi tubuh dan bentuk serta tercapainya kematangan seksual. Perubahan fisik yang dramatis ini merupakan bagian dari proses kematangan yang panjang dan kompleks.

Pubertas dimulai dengan peningkatan tajam pada produksi hormon yang terkait dengan jenis kelamin yang terjadi pada dua tahap yaitu adrenarche dan gonadarche. Adrenarche adalah proses matangnya kelenjar adrenal. Bukti perubahan ini yakni terlihat pada tumbuhnya rambut pada kemaluan, ketiak dan wajah; pertumbuhan tubuh yang yang lebih cepat, kulit yang lebih berminyak dan perkembangan bau badan. Sedangkan gonadarche yaitu kematangan organ seksual serta munculnya perubahan pubertas yang semakin jelas seperti indung telur anak perempuan mulai mengeluarkan estrogen yang merangsang pertumbuhan alat kelamin perempuan dan perkembangan payudara. Sedangkan pada anak laki-laki, testis meningkatkan produksi androgen terutama testosteron yang merangsang pertumbuhan alat kelamin anak laki-laki, masa otot dan bertumbuhnya rambut tubuh.
Perubahan fisik pada saat pubertas, baik pada anak perempuan maupun anak laki-laki yang mencakup perkembangan rambut kemaluan, suara yang bertambah besar, pesatnya pertumbuhan badan dan perkembangan otot, matangnya organ reproduksi (mengawali haid pada anak perempuan dan produksi sperma pada anak laki-laki), semuanya terjadi dalam urutan yang lebih konsisten. 
1.2 Pertumbuhan dewasa
Pertumbuhan anak laki-laki dan anak perempuan tentu saja berbeda secara keseluruhan, seperti pada anak laki-laki, bahunya menjadi lebih lebar, tungkai kakinya menjadi panjang dibanding dengan tubuhnya. Sedangkan pada anak perempuan, panggulnya menjadi lebih lebar untuk mempermudah saat proses melahirkan kelak dan lapisan lemak muncul di bawah kulit yang menjadikan penampilannya lebih bulat. Pesatnya pertumbuhan remaja mempengaruhi hampir seluruh dimensi kerangka tulang dan otot seperti rahang bagian bawah menjadi lebih panjang dan tebal serta hidung menjadi lebih panjang atau mancung. Setiap perubahan ini mengikuti jadwalnya tersendiri.
1.3 Tanda-tanda Kematangan Seksual: produksi sperma dan haid
1.3.1 Kematangan seksual pada laki-laki
Tanda utama dari kematangan seksual pada anak laki-laki adalah produksi sperma yakni ejakulasi pertama (spermache) atau mimpi basah untuk pertama kali. Tanda ini terjadi rata-rata pada usia 13 tahun. Hal ini adalah hal yang wajar bagi setiap remaja laki-laki, sebab tanda inilah yang merupakan hal yang mendasari perkembangan seorang remaja dalam hal seksualitas.
1.3.2 Kematangan seksual pada anak perempuan
Tanda utama kematangan seksual pada anak perempuan ialah haid yakni luruhnya jaringan dari dinding rahim. Haid pertama (menarche) terjadi relative lambat dalam tahapan perkembangan remaja perempuan. Waktu normalnya dapat bervariasi dari usia 10 – 16 tahun. Kombinasi dari pengaruh  genetik, fisik, emosional dan lingkungan juga turut mempengaruhi waktu munculnya menarche, artinya bahwa faktor gen, fisik, dan emosional seorang remaja perempuan sangat mempengaruhi munculnya menarche bagi remaja perempuan.
1.4 Otak Remaja
Setiap remaja baik pria maupun wanita mengalami perkembangan terus menerus pada otaknya. Perubahan dramatis pada struktur otak yang selalu berkaitan dengan faktor emosi, penilaian, organisasi perilaku dan control diri berlangsung antara masa pubertas dan dewasa awal serta menjadi penjelas dari semua kecendrungan remaja yang mengalami ledakan emosi (emosi setiap remaja belum normal) dan yang melakukan perilaku beresiko. Setiap remaja harus berusaha untuk mampu memahami dan mengendalikan perkembangan otak ini, karena otak remaja masih dalam tahap perkembangan pula.
1.5 Kesehatan Fisik dan Mental
1.5.1 Aktivitas fisik
Olahraga atau kurang berolahraga dapat mempengaruhi kesehatan fisik maupun mental seorang remaja. Sebab olahraga meningkatkan kekuatan dan stamina, membantu membentuk tulang dan otot yang sehat, membantu meningkatkan berat badan, mengurangi kecemasan dan stres serta meningkatkan kepecayaan diri seorang remaja. Selain itu juga, aktivitas fisik dalam tingkat tertentu sangat menguntungkan bagi kesehatan jika dilakukan secara teratur. Sedangkan gaya hidup yang aktif yang berlanjut hingga masa dewasa dapat mengakibatkan  meningkatnya resiko kelebihan berat badan, penyakit jantung, kanker, diabetes dan lain sebagainya.
1.5.2 Kebutuhan tidur
Banyak remaja kurang meluangkan waktunya untuk mendapatkan waktu istirahat (tidur) yang cukup sehingga seringkali remaja cenderung mengantuk di siang hari. Pola tidur yang kurang teratur ini dapat menyebabkan remaja baik laki-laki maupun perempuan mudah mengidap penyakit insomnia (gangguan sulit tidur). Pola tidur yang kurang teratur juga dapat menyebabkan remaja rawan terkena stress dan berbagai masalah lainnya. Oleh karena itu, dianjurkan agar para remaja sekurang-kurangnya meluangkan waktunya untuk beristirahat dalam jangka waktu atau rentang waktu 7-9 jam perhari. Dengan demikian, remaja bisa menyimpan tenaganya untuk aktivitas lainnya dan resiko terkena stress ataupun hal-hal lain yang terjadi karena kurang istirahat dapat berkurang.
1.6 Gizi dan gangguan makan
1.6.1 Obesitas/Kelebihan berat badan
Pada umumnya remaja perempuan membutuhkan sekitar 2.200 kalori sedangkan remaja laki-laki membutuhkan kira-kira 2.800 kalori. Banyak remaja mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dibutuhkan sehingga mereka terakumulasi menjadi lemak tubuh. Remaja dengan kelebihan berat cenderung memiliki kesehatan yang lebih buruk dibandingkan teman seusianya dan lebih mungkin mengalami keterbatasan fungsional (kurang aktif dalam kegiatan).
1.6.2 Citra tubuh dan gangguan makan
Terkadang keinginan kuat untuk tidak mengalami berat badan dapat menghasilkan masalah yang lebih besar bila dibandingkan dengan kelebihan berat badan itu sendiri karena hal ini berkaitan dengan kepedulian terhadap citra tubuh yang terlalu obsesif. Pola ini lebih umum dialami oleh anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Misalnya karena peningkatan lemak tubuh normal yang dialami oleh anak perempuan, maka banyak yang tidak bahagia dengan penampilan mereka. Berikut ini beberapa contoh penyakit atau ganguan yang dikarenakan oleh ganguan makan tersebut.
a). Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa atau melaparkan diri, berpotensi membahayakan jiwa. Orang atau remaja dengan Anoreksia memiliki citra tubuh yang terganggu. Walaupun secara terus menerus berdiet dan hampir tidak makan. Mereka selalu berpikir bahwa mereka terlalu gemuk, sehingga perlu diet.
b). Bulimia Nervosa
Pada Bulimia Nervosa, seseorang secara berkala mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat, namun biasanya dalam dua jam atau kurang mereka sudah berusaha untuk membatalkan asupan kalori yang tinggi tersebut dengan memuntahkannya sendiri. Biasanya diet ketat atau puasa, berolahraga yang berat secara berlebihan, selalu dijalaninya guna mempertahankan postur tubuhnya.
1.6.3 Pengobatan bagi penderita Anoreksia dan Bulimia
Pengobatan terhadap penderita Anoreksia bertujuan agar membantu penderita mau makan demi menambah berat badannya kembali. Bagi mereka yang menderita penyakit ini harus menjalani perawatan selama 24 jam. Mereka juga diberi obat untuk merangsang daya nafsu makannya kembali. Sedangkan bagi mereka yang menderita Bulimia harus mendapatkan terapi dalam ruang lingkup khusus selama 24 jam sehari. Mereka juga harus diajarkan cara-cara untuk menghindari memuntahkan makanan.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
2.1 Aspek dari kematangan kognitif
Orang-orang yang berada dalam tahapan operasional formal Pieget dapat melakukan penalaran hipotetis-deduktif. Mereka dapat berpikir tentang kemungkinan, mengatasi masalah secara fleksibel, dan menguji hipotesis. Faktor rangsangan lingkungan sangat berperan penting dalam mencapai tahap ini, oleh karena itu tidak semua orang dapat mencapai tahap ini; dan mereka yang mampu melakukannya tidak selalu menggunakannya.
Tahapan operasional formal yang diajukan oeh Piaget tidak memperhitungkan perkembangan sebagai akumulasi dari pengetahuan dan keahlian, dan pertumbuhan metakognisi. Piaget juga sedikit memperhatikan perbedaan individual, variasi antar tugas, dan peranan situasi.
Menurut Elkind, pola pemikiran yang tidak matang dapat muncul dari kurangnya pengalaman dalam berpikir formal. Pola pemikiran ini mencakup idealism dan sering mengkritik, dorongan argumentativ, ketidakmampuan membuat keputusan, kemunafikan yang jelas, kesadaran diri, serta asumsi bahwa diri mereka spesial dan kuat menghadapi apapun. Penelitian ini meragukan prevalensi spesial dari da pola terakhir selama masa remaja.
Penelitian menemukan terjadinya perubahan struktural dan fungsional dari pemprosesan informasi pada remaja. Perubahan struktural pada remaja termasuk meningkatnya pengetahuan deklaratif, prosedural dan konseptual serta meluasnya kapasitas dari ingatan kerja. Perubahan fungsional mencakup kemajuan dalam penalaran deduktif. Akan tetapi, ketidakmatangan emosional dapat mengakibatkan remaja yang lebih tua membuat keputusan yang lebih buruk dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.
Perbendaharaan kata dan aspek-aspek lain dari perkembangan bahasa, terutama yang berkaitan dengan pemikiran abstrak, seperti mengambil perspektif sosial, berkembang di masa remaja. Remaja menikmati permainan kata-kata dan menciptakan dialek mereka sendiri.

2.2 Penalaran Moral: Teori Kohlberg
Menurut Kohlberg, penilaian moral didasari pada perkembangan rasa keadilan dan pertumbuhan kemampuan kognitif.. Kohlberg mengatakan kemajuan kebenaran moral control dari eksternal menjadi standar kemasyarakatan terinternalisasikan menjadi kode moral yang pribadi dan berprinsip.
Teori Kohlberg telah dikritik berdasarkan beberapa hal, termasuk kegagalan untuk melihat peran penting dari emosi, sosialisasi, dan bimbingan orang tua. Penerapan sistem Kohlberg pada perempuan dewasa dan remaja serta dari orang-orang dari budaya non barat telah dipertanyakan.
Kohlberg menggambarkan tiga tingkatan dari penalaran moral adalah sebagai berikut:
·         Precinventional morality
·         Conventional morality
·         Postconventional morality
2.3 Persiapan pendidikan dan pekerjaan
Keyakinan self-effycaci, pengasuh orang tua, pengaruh budaya dan teman sebaya, gender, dan kualitas dari sekolah memengaruhi pencapaian pendidikan para remaja, Walaupun sebagian besar orang Amerika lulus SMA, tingkat dropout (dikeluarkan atau keluar dari sekolah) lebih tinggi pada siswa yang miskin, hispanik dan Afrika Amerika. Keterlibatan aktif dalam pendidikan adalah faktor penting dalam membuat remaja tetap ada di sekolah.
2.4 Keterlibatan Aktif (active angagement)
Cita-cita pendidikan dan pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk self-efficacy dan nilai-nilai orang tua. Stereotip gender memiliki pengaruh yang lebih sedikit dibandingkan dengan zaman dahulu. Lulusan SMA yang tidak secara langsung meneruskan ke perguruan tinggi dapat memanfaatkan pelatihan kerja.
3.PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Masa remaja adalah waktu dimana berbagi kesempatan sekaligus resiko datang. Remaja berada dalam ambang cinta, pekerjaan untuk menghidupi dirinya dan keikutsertaan dalam lingkungan orang dewasa. Akan tetapi, masa remaja juga masa dimana beberapa remaja terlibat perilaku yang menutup berbagai pilihan dan membatasi peluang mereka untuk berkembang. Dalam bagian ini kita akan membahas aspek psikososial dalam pencarian identitas. Kita mempelajari bagaimana remaja memahami seksualitasnya. Kita mempelajari bagaimana remaja yang mulai terbentuk, mengekspresikan hubungannya dengan orang tua, saudara kandung dan teman sebaya. Kita juga mempelajari sumber-sumber antisosial serta cara-cara mengurangi resiko, sehingga remaja dapat menjalani masa remaja untuk tumbuh secara positif dalam memperluas kesempatan membangun diri mereka.
3.1 Pencarian Identitas
Pencarian identitas yang didefinisikan oleh Erickson sebagai konsepsi koheren diri, terdiri dari tujuan, nilai, dan keyakinan yang sepenuhnya dan dipercayai sepenuhnya serta sepenuhnya pula dipercayai oleh orang yang bersangkutan menjadi fokus selama masa remaja.
3.2 Identitas versus Kekacauan Identitas
Ini merupakan suatu proses dimana remaja mencoba mengembangkan pemahaman diri yang koheren termasuk peran yang akan ia jalani di masyarakat.
3.3 Status Identitas-Krisis dan Komitmen
Status identitas, istilah dari Marcia untuk kondisi perkembangan diri yang bergantung pada ada atau tidaknya krisis dan komitmen bagi para remaja.
Marcia membedakan empet tipe status identitas, yaitu:
·         Identity achievement, status identitas yang ditandai oleh komitmen untuk menjalani berbagai pilihan yang dibuat setelah krisis, periode yang dijalani dengan mengeksplorasi pilihan-pilihan.
·         Foreclosure, status identitas dimana seseorang tidak menghabiskan waktunya untuk mempertimbangkan beberapa alternative (yang tidak pernah berada dalam krisis) dan komitmen untuk menjalani rencana orang lain untuk hidupnya.
·         Moratorium, status identitas saat seseorang mempertimbangkan berbagai alternative dalam krisis dan tampaknya akan menjalani komitmen.
·         Identity diffusion, status identitas yang ditandai dengan ketiadaan komitmen dan kurangnya pertimbangan serius terhadap berbagai alternative.
Marcia menggunakan istilah krisis dan komitmeni. Krisis dalam arti pembuatan keputusan secara sadar berkaitan dengan pembentukan identitas. Sedangkan komitmen yaitu keterlibatan pribadi dalam pekerjaan atau sistem keyakinan.
3.4 Perbedaan Gender dalam Pembentukan identitas
Perbedaan gender dalam pembentukan identitas lebih di lihat pada harga diri antara laki-laki dan perempuan. Harga diri laki-laki berhubungan dengan usaha untuk meraih pencapaian individual, otonomi dan kompetisi. Sedangkan harga diri perempuan lebih bergantung pada hubungan dengan orang lain: menangani tanggung jawab, serta kemampuan mereka untuk merawat orang lain dan juga diri mereka sendiri.
3.5 Faktor Etnik dan Pembentukan Identitas
Empat tahapan dari identitas etnik berdasarkan status dari identitas Marcia:
·         Diffuse, tidak sama sekali melakukan eksplorasi mengenai suku bangsanya dan tidak memahami secara jelas isu-isu yang terkait
·         Foreclose, sedikit atau tidak sama sekali melakukan eksplorasi mengenai suku bangsanya tetapi memiliki perasaan yang jelas mengenai suku bangsanya
·         Moratorium, mulai mengeksplorasi suku bangsanya tetapi bingung mengenai makna bagi dirinya
·         Achieved, telah melakukan eksplorasi suku bangsanya dan memahami serta menerima suku bangsanya.
3.6 Orientasi Seksual dan identitas
Orientasi seksual seseorang biasanya menjadi isu yang penting; apakah orang tersebut secara konsisten tertarik pada lawan jenis (heteroseksual), pada sesama jenis (homoseksual dan lesbian) atau kedua jenis kelamin (biseksual).
3.7 Hubungan dengan Keluarga, Teman Sebaya dan Orang Dewasa
Usia menjadi hal kuat yang mengikat pada masa remaja. Remaja menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebaya dan lebih sedikit dengan keluarga. Akan tetapi sebagian besar nilai-nilai dasar remaja tetap lebih dekat dengan nilai-nilai dari orang tua mereka. Remaja yang paling merasa aman memiliki hubungan yang kuat dan penuh dukungan dari orang tua mereka yang memahami cara remaja melihat diri mereka sendiri, sehingga membantu mendorong mereka untuk bisa mencapai kemandirian dan menyediakan tempat aman di saat remaja mengalami tekanan emosi.
3.7.1 Remaja dan Orang Tua
Hubungan antara remaja dan orang tua dipengaruhi oleh situasi kehidupan orang tua mereka sendiri, pekerjaan dan status sosial ekonomi.
3.7.2 Konflik Keluarga
Konflik keluarga dapat muncul karena kecepatan pertumbuhan remaja untuk mendapatkan kemandirian. Perdebatan sehari-hari seperti tugas di rumah, pakaian, uang dll, merupakan faktor yang dapat menyebabkan konflik dalam keluarga, ini merupakan isu yang kecil yang akan mengarah pada hal-hal yang lebih serius seperti seks, narkoba dll. Tingkat dari putusnya hubungan keluarga berpusat pada kepribadian remaja dan perlakuan orang tua terhadap kaum remaja.
3.7.3 Gaya Pengasuhan
Gaya pengasuhan yang di pilih oleh para orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya sangat berpengaruh dalam pertumbuhan anak, khususnya bagi anak remaja. Apabila orang tua terkesan terlalu ketat dalam mengasuh anaknya, dapat membuat anak-anak terutama kaum remaja mencari dukungan dan penerimaan dari teman sebaya dengan berbagai cara.
3.8 Struktur Keluarga, Pekerjaan Ibu, dan Tekanan Ekonomi
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak pada tahap ini seperti tidak memiliki seorang ayah atau ibu, orang tua tinggal bersama tanpa menikah, dan orang tua yang bekerja di luar rumah. Dampak yang sangat berpengaruh bagi perkembangan seorang remaja yaitu bila kematian salah satu orang tua ataupun karena perceraian orang tua.
3.9 Hubungan dalam masa remaja
3.9.1 Remaja dan Saudara Kandung
Remaja cenderung kurang dekat dengan saudara kandung dibandingkan dengan orang tua dan teman-teman. Saudara kandung yang lebih tua memiliki perasaan yang berbeda tentang perubahan hubungan mereka. Saat saudara yang lebih muda beranjak dewasa, saudara yang lebih tua melihatnya sebagai sebuah gangguan.
3.9.2 Remaja dan Teman Sebaya
Bagi para remaja kelompok paruh baya adalah sumber kasih sayang, simpati, pegertian, tempat untuk melakukan eksperimen, dan sarana untuk mencapai otonomi dan kemandirian dari orang tua. Keterikatan dengan teman sebaya di masa remaja tidak selalu menyebabkan masalah kecuali keteriktan tersebut terlalu kuat sehingga dapat menyebabkan remaja menghiraukan aturan-aturan rumah.
3.9.3 Pertemanan atau kawanan
Pertemanan secara umum cenderung merupakan proses timbal balik, yang bagi kaum remaja merupakan proses yang lebih setara dan lebih stabil. Teman juga dapat mempengaruhi satu sama lain termasuk dalam masalah-masalah yang beresiko, misalnya apabila temannya merokok. Hal ini kebanyakan terjadi pada remaja laki-laki. Pertemanan remaja perempuan cenderung lebih dekat dibandingkan dengan remaja laki-laki, sebab remaja perempuan lebih sering berteman untuk saling berbagi masalah yang bagi mereka merupakan hal pribadi dan rahasia. Kedekatan ini meningkat selama masa remaja awal dan menengah, sesudah itu biasanya kedekatan ini menurun dan digantikan dengan kedekatan dengan lawan jenis. Sedangkan kawan sering terjadi pada anak-anak praremaja, tetapi itu lebih merupakan karakteristik masa remaja awal. Kawanan biasanya terjadi atau terdiri dari remaja dengan usia, gender, dan suku bangsa yang sama.
3.9.3 Hubungan Romantis
Hubungan romantis merupakan bagian utama dari sebagian besar dunia sosial remaja. Hubungan ini memunculkan emosi yang kuat baik positif maupun negatif. Hubungan ini sangat berperan dalam perkembangan remaja baik menyangkut kedekatan maupun identitas. Selain itu, hubungan ini juga dapat menimbulkan bahaya negatif bagi remaja seperti kontak sosial (seksual), menyebabkan atau dapat beresiko hamil ataupun dapat terserang penyakit menular seksual dan bahkan terkadang menjadi korban kekerasan seksual.
3. 10  Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja lasimnya memuncak pada sekitar usia 15 tahun serta berkurang saat kebanyakan remaja dan keluarga mereka mulai memahami kebutuhan yang membantu mencapai kemandirian kaum remaja. Adakalanya kaum remaja yang tidak melihat alternatif positif, lebih mungkin, memilih untuk tetap menjalani gaya hidup antisosial.
3.10.1 Penyebab Kenakalan Remaja
Penyebab dari kenakalan remaja yaitu kebanyakan tergantung dari pribadi setiap remaja. Bagi remaja yang mampu mengontrol diri ia akan mampu untuk mengembangkan dirinya dan tidak terjerumus ke dalam dunia remaja yang kejam yang dapat membawanya pada ketidak teraturan hidup, sedangkan bagi remaja yang tidak dapat mengontrol perkembangan dirinya dengan mudah dapat terjerumus ke dalam kehidupan yang penuh dengan ketidak teraturan. Penyebab-penyebab lainnya hanya merupakan bagian kecil dari pribadi remaja, seperti karena masalah sosial yang dialami yang dapat menjerumuskannya dalam kenakalan remaja.
Menurut teori Bronfenbrener, perilaku antisosial dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bertingkat dan saling berinteraksi dari pengaruh mikrosistem (terkecil atau sederhana), seperti pengasuhan orang tua dan penyimpangan kaum sebaya sampai pada pengaruh makrosistem (terbesar), seperti struktur masyarakat dan dukungan lingkungan sosial.






BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa remaja merupakan, masa dimana seseorang mulai meninggalkan masa kanak-kanak. Ada banyak perubahan yang menandai masa kanak-kanak. Perubahan-perubahan itu terdiri dari pertumbuhan yang cepat dalam aspek fisik (tinggi dan berat badan, perubahan proporsi tubuh dan bentuk serta tercapainya kematangan seksual). Perubahan fisik yang dramatis ini merupakan bagian dari kematangan yang panjang dan kompleks.
Perubahan fisik pada saat pubertas, baik pada anak perempuan atau laki-laki yang mencakup perkembangan rambut kelamin, suara yang bertambah besar, pesatnya pertumbuhan badan dan perkembangan otot, matangnya organ reproduksi (mengawali haid pada perempuan dan produksi sperma pada laki-laki), semuanya terjadi dalam urutan yang lebih konsisten.
Pada masa remaja juga terjadi perubahan struktural dan fungsional dari pemrosesan informasi. Perubahan structural termasuk meningkatnya pengetahuan deklaratif, procedural, dan konseptual serta meluasnya kapasitas dari ingatan kerja. Perubahan fungsional mencakup kemajuan dalam penalaran deduktif. Akan tetapi, ketidakmatangan emosional dapat mengakibatkan remaja yang lebih tua membuat keputusan yang lebih buruk disbanding dengan remaja yang lebih muda.
Selain itu, masa remaja adalah masa dimana ada berbagai kesempatan sekaligus masa dimana resiko datang. Remaja berada dalam ambang cinta, pekerjaan untuk menghidupi dirinya, dan keikutsertaan dalam lingkungan orang dewasa. Akan tetapi, masa remaja juga masa dimana remaja(tidak semuanya), terlibat perilaku yang menutup berbagai pilihan dan membatasi peluang mereka.
B. SARAN
Dalam menyelesaikan makalah ini, sebagai makluk yang tidak sempurna penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mohon maaf dan siap untuk menerima tanggapan dan masukan dari para pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan yang terutama demi menambah wawasan terhadap perkembangan diri setiap manusia terutama pada masa remaja.
Daftar Pustaka
DR. Dirgagunarsa Singgih, Psikologi Remaja, Jakarta: Gramedia, 1978.
You Yanuarius, Diktat Psikologi Perkembangan Masa Remaja, STFT Fajar Timur, 2011.


















1 komentar: