PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN MASA REMAJA
(OLEH:
STEFANUS KOBESI)
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………….
A.
LATARBELAKANG……………………………………………………..
B.
RUMUSAN
MASALAH……………………………………………………
C.
MANFAAT
PENULISAN…………………………………………………
D.
METODE
PENULISAN……………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………
1.
PERKEMBANGAN
FISIK………………………………………………..
1.1
Pubertas: akhir masa kanak-kanak………………………………….
1.2
Pertumbuhan dewasa………………………………………………….
1.3
Tanda-tanda Kematangan Seksual: produksi sperma dan haid…….
1.4
Otak Remaja…………………………………………………………….
1.5
Kesehatan Fisik dan Mental…………………………………………….
1.6
Gizi dan gangguan makan ………………………………………………
2.
PERKEMBANGAN
KOGNITIF…………………………………………
2.1
Aspek dari kematangan kognitif………………………………………..
2.2
Penalaran Moral: Teori Kohlberg……………………………………….
2.3
Persiapan pendidikan dan pekerjaan……………………………………
2.4
Keterlibatan Aktif (active angagement)………………………………….
3.
PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL……………………………………….
3.1
Pencarian Identitas………………………………………………………
3.2
Identitas versus Kekacauan Identitas…………………………………………
3.3
Status Identitas-Krisis dan Komitmen………………………………………..
3.4
Perbedaan Gender dalam Pembentukan identitas……………………………
3.5
Faktor Etnik dan Pembentukan Identitas……………………………………..
3.6
Orientasi Seksual dan identitas…………………………………………………
3.7
Hubungan dengan Keluarga, Teman Sebaya dan Orang Dewasa…………..
3.8
Struktur Keluarga, Pekerjaan Ibu, dan Tekanan Ekonomi………………..
3.9
Hubungan dalam masa remaja……………………………………………….
3.
10 Kenakalan Remaja …………………………………………………………..
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………….
A.
KEIMPULAN………………………………………………………………………..
B.
SARAN……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
BAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa
remaja umumnya ditandai dengan munculnya pubertas, yaitu proses yang akhirnya
menghasilkan kematangan seksual atau kemampuan untuk melakukan reproduksi. Masa
remaja awal (sekitar 10/11 tahun – 14 tahun), merupakan masa peralihan yang
ditandai dengan perubahan-perubahan di berbagai dimensi seperti fisik, kognitif
dan psikososial.
Perkembangan fisik, kognitif dan
psikosial pada masa remaja sangat mempengaruhi kehidupaan kaum remaja.
Pandangan terhadap perkembangan manusia yang meyakini bahwa perubahan atas
perilaku merupakan hasil dari pengalaman atau adaptasi terhadap lingkungan,
dapat dipakai juga untuk kaum remaja sebab remaja lebih cenderung untuk
mengenal lingkungan sekitar, ini berarti bahwa perubahan-perubahan yang terjadi
pada kaum remaja juga merupakan hasil dari pengalaman atau adaptasi terhadap
lingkungan. Remaja cenderung untuk lebih mengenal lingkungan yang lebih luas,
hal ini menjadi faktor bagi perkembangan seseorang pada masa remaja.
B. RUMUSAN MASALAH
·
Mengkaji dan mendeskripsikan perkembangan
remaja baik perkembangan fisik, kognitif dan psikososial
·
Mendeskripsikan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan diri seorang remaja.
C. MANFAAT PENULISAN
·
Mengetahui perkembangan-perkembangan
pada masa remaja
·
Mempelajari perkembangan-perkembangan
pada masa remaja
D. METODE PENULISAN
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan agar mempermudah
penulis dengan buku-buku yang tersedia dan juga dalam merangkum materi.
BAB
II PEMBAHASAN
1. PERKEMBANGAN FISIK
1.1 Pubertas: akhir masa kanak-kanak
Perubahan biologis yang menandai berakhirnya
masa kanak-kanak terdiri dari pertumbuhan yang cepat dalam aspek tinggi dan
berat badan, perubahan proporsi tubuh dan bentuk serta tercapainya kematangan
seksual. Perubahan fisik yang dramatis ini merupakan bagian dari proses
kematangan yang panjang dan kompleks.
Pubertas
dimulai dengan peningkatan tajam pada produksi hormon yang terkait dengan jenis
kelamin yang terjadi pada dua tahap yaitu adrenarche dan gonadarche. Adrenarche
adalah proses matangnya kelenjar adrenal. Bukti perubahan ini yakni terlihat
pada tumbuhnya rambut pada kemaluan, ketiak dan wajah; pertumbuhan tubuh yang
yang lebih cepat, kulit yang lebih berminyak dan perkembangan bau badan.
Sedangkan gonadarche yaitu kematangan organ seksual serta munculnya perubahan
pubertas yang semakin jelas seperti indung telur anak perempuan mulai
mengeluarkan estrogen yang merangsang pertumbuhan alat kelamin perempuan dan
perkembangan payudara. Sedangkan pada anak laki-laki, testis meningkatkan
produksi androgen terutama testosteron yang merangsang pertumbuhan alat kelamin
anak laki-laki, masa otot dan bertumbuhnya rambut tubuh.
Perubahan fisik pada saat pubertas, baik
pada anak perempuan maupun anak laki-laki yang mencakup perkembangan rambut
kemaluan, suara yang bertambah besar, pesatnya pertumbuhan badan dan
perkembangan otot, matangnya organ reproduksi (mengawali haid pada anak
perempuan dan produksi sperma pada anak laki-laki), semuanya terjadi dalam
urutan yang lebih konsisten.
1.2 Pertumbuhan dewasa
Pertumbuhan anak laki-laki dan anak
perempuan tentu saja berbeda secara keseluruhan, seperti pada anak laki-laki,
bahunya menjadi lebih lebar, tungkai kakinya menjadi panjang dibanding dengan
tubuhnya. Sedangkan pada anak perempuan, panggulnya menjadi lebih lebar untuk
mempermudah saat proses melahirkan kelak dan lapisan lemak muncul di bawah
kulit yang menjadikan penampilannya lebih bulat. Pesatnya pertumbuhan remaja
mempengaruhi hampir seluruh dimensi kerangka tulang dan otot seperti rahang
bagian bawah menjadi lebih panjang dan tebal serta hidung menjadi lebih panjang
atau mancung. Setiap perubahan ini mengikuti jadwalnya tersendiri.
1.3 Tanda-tanda Kematangan Seksual:
produksi sperma dan haid
1.3.1
Kematangan seksual pada laki-laki
Tanda utama dari kematangan seksual pada
anak laki-laki adalah produksi sperma yakni ejakulasi pertama (spermache) atau
mimpi basah untuk pertama kali. Tanda ini terjadi rata-rata pada usia 13 tahun.
Hal ini adalah hal yang wajar bagi setiap remaja laki-laki, sebab tanda inilah
yang merupakan hal yang mendasari perkembangan seorang remaja dalam hal
seksualitas.
1.3.2
Kematangan seksual pada anak perempuan
Tanda utama kematangan seksual pada anak
perempuan ialah haid yakni luruhnya jaringan dari dinding rahim. Haid pertama
(menarche) terjadi relative lambat dalam tahapan perkembangan remaja perempuan.
Waktu normalnya dapat bervariasi dari usia 10 – 16 tahun. Kombinasi dari
pengaruh genetik, fisik, emosional dan
lingkungan juga turut mempengaruhi waktu munculnya menarche, artinya bahwa faktor
gen, fisik, dan emosional seorang remaja perempuan sangat mempengaruhi
munculnya menarche bagi remaja perempuan.
1.4 Otak Remaja
Setiap remaja baik pria maupun wanita
mengalami perkembangan terus menerus pada otaknya. Perubahan dramatis pada
struktur otak yang selalu berkaitan dengan faktor emosi, penilaian, organisasi
perilaku dan control diri berlangsung antara masa pubertas dan dewasa awal
serta menjadi penjelas dari semua kecendrungan remaja yang mengalami ledakan
emosi (emosi setiap remaja belum normal) dan yang melakukan perilaku beresiko.
Setiap remaja harus berusaha untuk mampu memahami dan mengendalikan
perkembangan otak ini, karena otak remaja masih dalam tahap perkembangan pula.
1.5 Kesehatan Fisik dan Mental
1.5.1
Aktivitas fisik
Olahraga atau kurang berolahraga dapat
mempengaruhi kesehatan fisik maupun mental seorang remaja. Sebab olahraga
meningkatkan kekuatan dan stamina, membantu membentuk tulang dan otot yang
sehat, membantu meningkatkan berat badan, mengurangi kecemasan dan stres serta
meningkatkan kepecayaan diri seorang remaja. Selain itu juga, aktivitas fisik
dalam tingkat tertentu sangat menguntungkan bagi kesehatan jika dilakukan
secara teratur. Sedangkan gaya hidup yang aktif yang berlanjut hingga masa
dewasa dapat mengakibatkan meningkatnya
resiko kelebihan berat badan, penyakit jantung, kanker, diabetes dan lain
sebagainya.
1.5.2
Kebutuhan tidur
Banyak remaja kurang meluangkan waktunya
untuk mendapatkan waktu istirahat (tidur) yang cukup sehingga seringkali remaja
cenderung mengantuk di siang hari. Pola tidur yang kurang teratur ini dapat
menyebabkan remaja baik laki-laki maupun perempuan mudah mengidap penyakit
insomnia (gangguan sulit tidur). Pola tidur yang kurang teratur juga dapat
menyebabkan remaja rawan terkena stress dan berbagai masalah lainnya. Oleh
karena itu, dianjurkan agar para remaja sekurang-kurangnya meluangkan waktunya
untuk beristirahat dalam jangka waktu atau rentang waktu 7-9 jam perhari.
Dengan demikian, remaja bisa menyimpan tenaganya untuk aktivitas lainnya dan
resiko terkena stress ataupun hal-hal lain yang terjadi karena kurang istirahat
dapat berkurang.
1.6 Gizi dan gangguan makan
1.6.1
Obesitas/Kelebihan berat badan
Pada umumnya remaja perempuan
membutuhkan sekitar 2.200 kalori sedangkan remaja laki-laki membutuhkan
kira-kira 2.800 kalori. Banyak remaja mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada
yang dibutuhkan sehingga mereka terakumulasi menjadi lemak tubuh. Remaja dengan
kelebihan berat cenderung memiliki kesehatan yang lebih buruk dibandingkan
teman seusianya dan lebih mungkin mengalami keterbatasan fungsional (kurang
aktif dalam kegiatan).
1.6.2
Citra tubuh dan gangguan makan
Terkadang keinginan kuat untuk tidak
mengalami berat badan dapat menghasilkan masalah yang lebih besar bila
dibandingkan dengan kelebihan berat badan itu sendiri karena hal ini berkaitan
dengan kepedulian terhadap citra tubuh yang terlalu obsesif. Pola ini lebih
umum dialami oleh anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Misalnya
karena peningkatan lemak tubuh normal yang dialami oleh anak perempuan, maka
banyak yang tidak bahagia dengan penampilan mereka. Berikut ini beberapa contoh
penyakit atau ganguan yang dikarenakan oleh ganguan makan tersebut.
a).
Anoreksia Nervosa
Anoreksia
nervosa atau melaparkan diri, berpotensi membahayakan jiwa. Orang atau remaja
dengan Anoreksia memiliki citra tubuh yang terganggu. Walaupun secara terus
menerus berdiet dan hampir tidak makan. Mereka selalu berpikir bahwa mereka
terlalu gemuk, sehingga perlu diet.
b).
Bulimia Nervosa
Pada
Bulimia Nervosa, seseorang secara berkala mengkonsumsi makanan dalam jumlah
yang banyak dalam waktu yang singkat, namun biasanya dalam dua jam atau kurang
mereka sudah berusaha untuk membatalkan asupan kalori yang tinggi tersebut
dengan memuntahkannya sendiri. Biasanya diet ketat atau puasa, berolahraga yang
berat secara berlebihan, selalu dijalaninya guna mempertahankan postur
tubuhnya.
1.6.3
Pengobatan bagi penderita Anoreksia dan Bulimia
Pengobatan terhadap penderita Anoreksia
bertujuan agar membantu penderita mau makan demi menambah berat badannya
kembali. Bagi mereka yang menderita penyakit ini harus menjalani perawatan
selama 24 jam. Mereka juga diberi obat untuk merangsang daya nafsu makannya
kembali. Sedangkan bagi mereka yang menderita Bulimia harus mendapatkan terapi
dalam ruang lingkup khusus selama 24 jam sehari. Mereka juga harus diajarkan
cara-cara untuk menghindari memuntahkan makanan.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
2.1 Aspek dari kematangan kognitif
Orang-orang yang berada dalam tahapan
operasional formal Pieget dapat melakukan penalaran hipotetis-deduktif. Mereka
dapat berpikir tentang kemungkinan, mengatasi masalah secara fleksibel, dan
menguji hipotesis. Faktor rangsangan lingkungan sangat berperan penting dalam
mencapai tahap ini, oleh karena itu tidak semua orang dapat mencapai tahap ini;
dan mereka yang mampu melakukannya tidak selalu menggunakannya.
Tahapan operasional formal yang diajukan
oeh Piaget tidak memperhitungkan perkembangan sebagai akumulasi dari
pengetahuan dan keahlian, dan pertumbuhan metakognisi. Piaget juga sedikit memperhatikan
perbedaan individual, variasi antar tugas, dan peranan situasi.
Menurut Elkind, pola pemikiran yang
tidak matang dapat muncul dari kurangnya pengalaman dalam berpikir formal. Pola
pemikiran ini mencakup idealism dan sering mengkritik, dorongan argumentativ,
ketidakmampuan membuat keputusan, kemunafikan yang jelas, kesadaran diri, serta
asumsi bahwa diri mereka spesial dan kuat menghadapi apapun. Penelitian ini
meragukan prevalensi spesial dari da pola terakhir selama masa remaja.
Penelitian menemukan terjadinya
perubahan struktural dan fungsional dari pemprosesan informasi pada remaja.
Perubahan struktural pada remaja termasuk meningkatnya pengetahuan deklaratif,
prosedural dan konseptual serta meluasnya kapasitas dari ingatan kerja.
Perubahan fungsional mencakup kemajuan dalam penalaran deduktif. Akan tetapi,
ketidakmatangan emosional dapat mengakibatkan remaja yang lebih tua membuat
keputusan yang lebih buruk dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.
Perbendaharaan kata dan aspek-aspek lain
dari perkembangan bahasa, terutama yang berkaitan dengan pemikiran abstrak,
seperti mengambil perspektif sosial, berkembang di masa remaja. Remaja
menikmati permainan kata-kata dan menciptakan dialek mereka sendiri.
2.2 Penalaran Moral: Teori Kohlberg
Menurut Kohlberg, penilaian moral
didasari pada perkembangan rasa keadilan dan pertumbuhan kemampuan kognitif..
Kohlberg mengatakan kemajuan kebenaran moral control dari eksternal menjadi
standar kemasyarakatan terinternalisasikan menjadi kode moral yang pribadi dan
berprinsip.
Teori
Kohlberg telah dikritik berdasarkan beberapa hal, termasuk kegagalan untuk
melihat peran penting dari emosi, sosialisasi, dan bimbingan orang tua.
Penerapan sistem Kohlberg pada perempuan dewasa dan remaja serta dari
orang-orang dari budaya non barat telah dipertanyakan.
Kohlberg
menggambarkan tiga tingkatan dari penalaran moral adalah sebagai berikut:
·
Precinventional morality
·
Conventional morality
·
Postconventional morality
2.3 Persiapan pendidikan dan
pekerjaan
Keyakinan self-effycaci, pengasuh orang
tua, pengaruh budaya dan teman sebaya, gender, dan kualitas dari sekolah
memengaruhi pencapaian pendidikan para remaja, Walaupun sebagian besar orang
Amerika lulus SMA, tingkat dropout
(dikeluarkan atau keluar dari sekolah) lebih tinggi pada siswa yang miskin,
hispanik dan Afrika Amerika. Keterlibatan aktif dalam pendidikan adalah faktor penting
dalam membuat remaja tetap ada di sekolah.
2.4 Keterlibatan Aktif (active
angagement)
Cita-cita pendidikan dan pekerjaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk self-efficacy dan nilai-nilai orang
tua. Stereotip gender memiliki pengaruh yang lebih sedikit dibandingkan dengan
zaman dahulu. Lulusan SMA yang tidak secara langsung meneruskan ke perguruan
tinggi dapat memanfaatkan pelatihan kerja.
3.PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Masa remaja adalah waktu dimana berbagi
kesempatan sekaligus resiko datang. Remaja berada dalam ambang cinta, pekerjaan
untuk menghidupi dirinya dan keikutsertaan dalam lingkungan orang dewasa. Akan
tetapi, masa remaja juga masa dimana beberapa remaja terlibat perilaku yang
menutup berbagai pilihan dan membatasi peluang mereka untuk berkembang. Dalam
bagian ini kita akan membahas aspek psikososial dalam pencarian identitas. Kita
mempelajari bagaimana remaja memahami seksualitasnya. Kita mempelajari
bagaimana remaja yang mulai terbentuk, mengekspresikan hubungannya dengan orang
tua, saudara kandung dan teman sebaya. Kita juga mempelajari sumber-sumber
antisosial serta cara-cara mengurangi resiko, sehingga remaja dapat menjalani
masa remaja untuk tumbuh secara positif dalam memperluas kesempatan membangun
diri mereka.
3.1 Pencarian Identitas
Pencarian identitas yang didefinisikan
oleh Erickson sebagai konsepsi koheren diri, terdiri dari tujuan, nilai, dan
keyakinan yang sepenuhnya dan dipercayai sepenuhnya serta sepenuhnya pula
dipercayai oleh orang yang bersangkutan menjadi fokus selama masa remaja.
3.2 Identitas versus Kekacauan
Identitas
Ini merupakan suatu proses dimana remaja
mencoba mengembangkan pemahaman diri yang koheren termasuk peran yang akan ia
jalani di masyarakat.
3.3 Status Identitas-Krisis dan
Komitmen
Status identitas, istilah dari Marcia
untuk kondisi perkembangan diri yang bergantung pada ada atau tidaknya krisis
dan komitmen bagi para remaja.
Marcia
membedakan empet tipe status identitas, yaitu:
·
Identity achievement, status identitas
yang ditandai oleh komitmen untuk menjalani berbagai pilihan yang dibuat
setelah krisis, periode yang dijalani dengan mengeksplorasi pilihan-pilihan.
·
Foreclosure, status identitas dimana
seseorang tidak menghabiskan waktunya untuk mempertimbangkan beberapa
alternative (yang tidak pernah berada dalam krisis) dan komitmen untuk
menjalani rencana orang lain untuk hidupnya.
·
Moratorium, status identitas saat
seseorang mempertimbangkan berbagai alternative dalam krisis dan tampaknya akan
menjalani komitmen.
·
Identity diffusion, status identitas
yang ditandai dengan ketiadaan komitmen dan kurangnya pertimbangan serius terhadap
berbagai alternative.
Marcia
menggunakan istilah krisis dan komitmeni. Krisis dalam arti pembuatan keputusan
secara sadar berkaitan dengan pembentukan identitas. Sedangkan komitmen yaitu
keterlibatan pribadi dalam pekerjaan atau sistem keyakinan.
3.4 Perbedaan Gender dalam
Pembentukan identitas
Perbedaan
gender dalam pembentukan identitas lebih di lihat pada harga diri antara
laki-laki dan perempuan. Harga diri laki-laki berhubungan dengan usaha untuk
meraih pencapaian individual, otonomi dan kompetisi. Sedangkan harga diri
perempuan lebih bergantung pada hubungan dengan orang lain: menangani tanggung
jawab, serta kemampuan mereka untuk merawat orang lain dan juga diri mereka
sendiri.
3.5 Faktor Etnik dan Pembentukan
Identitas
Empat
tahapan dari identitas etnik berdasarkan status dari identitas Marcia:
·
Diffuse, tidak sama sekali melakukan
eksplorasi mengenai suku bangsanya dan tidak memahami secara jelas isu-isu yang
terkait
·
Foreclose, sedikit atau tidak sama
sekali melakukan eksplorasi mengenai suku bangsanya tetapi memiliki perasaan
yang jelas mengenai suku bangsanya
·
Moratorium, mulai mengeksplorasi suku
bangsanya tetapi bingung mengenai makna bagi dirinya
·
Achieved, telah melakukan eksplorasi
suku bangsanya dan memahami serta menerima suku bangsanya.
3.6 Orientasi Seksual dan identitas
Orientasi seksual seseorang biasanya
menjadi isu yang penting; apakah orang tersebut secara konsisten tertarik pada
lawan jenis (heteroseksual), pada sesama jenis (homoseksual dan lesbian) atau
kedua jenis kelamin (biseksual).
3.7 Hubungan dengan Keluarga, Teman
Sebaya dan Orang Dewasa
Usia menjadi hal kuat yang mengikat pada
masa remaja. Remaja menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebaya dan
lebih sedikit dengan keluarga. Akan tetapi sebagian besar nilai-nilai dasar
remaja tetap lebih dekat dengan nilai-nilai dari orang tua mereka. Remaja yang
paling merasa aman memiliki hubungan yang kuat dan penuh dukungan dari orang
tua mereka yang memahami cara remaja melihat diri mereka sendiri, sehingga
membantu mendorong mereka untuk bisa mencapai kemandirian dan menyediakan
tempat aman di saat remaja mengalami tekanan emosi.
3.7.1
Remaja dan Orang Tua
Hubungan antara remaja dan orang tua
dipengaruhi oleh situasi kehidupan orang tua mereka sendiri, pekerjaan dan
status sosial ekonomi.
3.7.2
Konflik Keluarga
Konflik keluarga dapat muncul karena
kecepatan pertumbuhan remaja untuk mendapatkan kemandirian. Perdebatan
sehari-hari seperti tugas di rumah, pakaian, uang dll, merupakan faktor yang
dapat menyebabkan konflik dalam keluarga, ini merupakan isu yang kecil yang
akan mengarah pada hal-hal yang lebih serius seperti seks, narkoba dll. Tingkat
dari putusnya hubungan keluarga berpusat pada kepribadian remaja dan perlakuan
orang tua terhadap kaum remaja.
3.7.3
Gaya Pengasuhan
Gaya pengasuhan yang di pilih oleh para
orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan anak, khususnya bagi anak remaja. Apabila orang tua terkesan
terlalu ketat dalam mengasuh anaknya, dapat membuat anak-anak terutama kaum
remaja mencari dukungan dan penerimaan dari teman sebaya dengan berbagai cara.
3.8 Struktur Keluarga, Pekerjaan
Ibu, dan Tekanan Ekonomi
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak pada tahap ini seperti tidak memiliki seorang ayah atau ibu, orang tua
tinggal bersama tanpa menikah, dan orang tua yang bekerja di luar rumah. Dampak
yang sangat berpengaruh bagi perkembangan seorang remaja yaitu bila kematian
salah satu orang tua ataupun karena perceraian orang tua.
3.9 Hubungan dalam masa remaja
3.9.1
Remaja dan Saudara Kandung
Remaja cenderung kurang dekat dengan
saudara kandung dibandingkan dengan orang tua dan teman-teman. Saudara kandung
yang lebih tua memiliki perasaan yang berbeda tentang perubahan hubungan
mereka. Saat saudara yang lebih muda beranjak dewasa, saudara yang lebih tua
melihatnya sebagai sebuah gangguan.
3.9.2
Remaja dan Teman Sebaya
Bagi para remaja kelompok paruh baya
adalah sumber kasih sayang, simpati, pegertian, tempat untuk melakukan
eksperimen, dan sarana untuk mencapai otonomi dan kemandirian dari orang tua.
Keterikatan dengan teman sebaya di masa remaja tidak selalu menyebabkan masalah
kecuali keteriktan tersebut terlalu kuat sehingga dapat menyebabkan remaja
menghiraukan aturan-aturan rumah.
3.9.3
Pertemanan atau kawanan
Pertemanan secara umum cenderung
merupakan proses timbal balik, yang bagi kaum remaja merupakan proses yang
lebih setara dan lebih stabil. Teman juga dapat mempengaruhi satu sama lain
termasuk dalam masalah-masalah yang beresiko, misalnya apabila temannya
merokok. Hal ini kebanyakan terjadi pada remaja laki-laki. Pertemanan remaja
perempuan cenderung lebih dekat dibandingkan dengan remaja laki-laki, sebab
remaja perempuan lebih sering berteman untuk saling berbagi masalah yang bagi
mereka merupakan hal pribadi dan rahasia. Kedekatan ini meningkat selama masa
remaja awal dan menengah, sesudah itu biasanya kedekatan ini menurun dan
digantikan dengan kedekatan dengan lawan jenis. Sedangkan kawan sering terjadi
pada anak-anak praremaja, tetapi itu lebih merupakan karakteristik masa remaja
awal. Kawanan biasanya terjadi atau terdiri dari remaja dengan usia, gender,
dan suku bangsa yang sama.
3.9.3
Hubungan Romantis
Hubungan romantis merupakan bagian utama
dari sebagian besar dunia sosial remaja. Hubungan ini memunculkan emosi yang kuat
baik positif maupun negatif. Hubungan ini sangat berperan dalam perkembangan
remaja baik menyangkut kedekatan maupun identitas. Selain itu, hubungan ini
juga dapat menimbulkan bahaya negatif bagi remaja seperti kontak sosial (seksual),
menyebabkan atau dapat beresiko hamil ataupun dapat terserang penyakit menular
seksual dan bahkan terkadang menjadi korban kekerasan seksual.
3. 10 Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja lasimnya memuncak pada
sekitar usia 15 tahun serta berkurang saat kebanyakan remaja dan keluarga
mereka mulai memahami kebutuhan yang membantu mencapai kemandirian kaum remaja.
Adakalanya kaum remaja yang tidak melihat alternatif positif, lebih mungkin,
memilih untuk tetap menjalani gaya hidup antisosial.
3.10.1
Penyebab Kenakalan Remaja
Penyebab dari kenakalan remaja yaitu
kebanyakan tergantung dari pribadi setiap remaja. Bagi remaja yang mampu
mengontrol diri ia akan mampu untuk mengembangkan dirinya dan tidak terjerumus
ke dalam dunia remaja yang kejam yang dapat membawanya pada ketidak teraturan
hidup, sedangkan bagi remaja yang tidak dapat mengontrol perkembangan dirinya
dengan mudah dapat terjerumus ke dalam kehidupan yang penuh dengan ketidak
teraturan. Penyebab-penyebab lainnya hanya merupakan bagian kecil dari pribadi
remaja, seperti karena masalah sosial yang dialami yang dapat menjerumuskannya
dalam kenakalan remaja.
Menurut teori Bronfenbrener, perilaku
antisosial dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bertingkat dan saling
berinteraksi dari pengaruh mikrosistem (terkecil atau sederhana), seperti
pengasuhan orang tua dan penyimpangan kaum sebaya sampai pada pengaruh
makrosistem (terbesar), seperti struktur masyarakat dan dukungan lingkungan
sosial.
BAB
III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa remaja merupakan, masa dimana
seseorang mulai meninggalkan masa kanak-kanak. Ada banyak perubahan yang
menandai masa kanak-kanak. Perubahan-perubahan itu terdiri dari pertumbuhan
yang cepat dalam aspek fisik (tinggi dan berat badan, perubahan proporsi tubuh
dan bentuk serta tercapainya kematangan seksual). Perubahan fisik yang dramatis
ini merupakan bagian dari kematangan yang panjang dan kompleks.
Perubahan fisik pada saat pubertas, baik
pada anak perempuan atau laki-laki yang mencakup perkembangan rambut kelamin,
suara yang bertambah besar, pesatnya pertumbuhan badan dan perkembangan otot,
matangnya organ reproduksi (mengawali haid pada perempuan dan produksi sperma
pada laki-laki), semuanya terjadi dalam urutan yang lebih konsisten.
Pada masa remaja juga terjadi perubahan
struktural dan fungsional dari pemrosesan informasi. Perubahan structural
termasuk meningkatnya pengetahuan deklaratif, procedural, dan konseptual serta
meluasnya kapasitas dari ingatan kerja. Perubahan fungsional mencakup kemajuan
dalam penalaran deduktif. Akan tetapi, ketidakmatangan emosional dapat
mengakibatkan remaja yang lebih tua membuat keputusan yang lebih buruk
disbanding dengan remaja yang lebih muda.
Selain itu, masa remaja adalah masa
dimana ada berbagai kesempatan sekaligus masa dimana resiko datang. Remaja
berada dalam ambang cinta, pekerjaan untuk menghidupi dirinya, dan
keikutsertaan dalam lingkungan orang dewasa. Akan tetapi, masa remaja juga masa
dimana remaja(tidak semuanya), terlibat perilaku yang menutup berbagai pilihan
dan membatasi peluang mereka.
B. SARAN
Dalam
menyelesaikan makalah ini, sebagai makluk yang tidak sempurna penulis menyadari
bahwa ada banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mohon maaf dan siap untuk menerima tanggapan dan masukan
dari para pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan yang
terutama demi menambah wawasan terhadap perkembangan diri setiap manusia
terutama pada masa remaja.
Daftar Pustaka
DR.
Dirgagunarsa Singgih, Psikologi Remaja,
Jakarta: Gramedia, 1978.
You
Yanuarius, Diktat Psikologi Perkembangan
Masa Remaja, STFT Fajar Timur, 2011.
kenapa di highlight warna kuning??
BalasHapus