Jumat, 02 Desember 2011

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

O
L
E
H

AYUSTUS ERASMUS LIM
NIM: 09010309
SEKOLAH TINGGI FILSAFAT TEOLOGI “FAJAR TIMUR”
ABEPURA
2011




PENGANTAR
Manusia adalah makhluk istemewa yang diciptakan oleh Tuhan karena memiliki akal budi. Melalui akal budi manusia dapat hidup sesuia dengan apa yang ada tempat dimana ia hidup. Manusia juga selalu berkembang dari tahap tertentu menuju tahap tertentu. Perkembangan yang dialami oleh manusia menjadikan dia lebih matang dalam menjalani kehidupan ini.  Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya. Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Oleh karena itu, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah. Saya berharap bahwa semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis dalam menjalani panggilan hidup ini sebagai seorang calon imam di tanah Papua.




                                                                                                                        Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….              
PENGANTAR……………………………………………………………………………             
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….               
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….   1
A.    LATARBELAKANG…………………………………………………………..    1
B.     TUJUAN PENULISAN………………………………………………………..     1
C.    METODE PENULISAN….................................................................................    2
D.    MANFAAT PENULISAN……………………………………………………..    2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….     2
A.    CIRI-CIRI PERKEMBANGAN FISIK………………………………………    2
B.     ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN………………………………………..    3
1.      ASPEK PERKEMBANGAN FISIK……………………………………    3
2.      ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF……………………………..     5
3.      ASPEK PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL………………………..      7
4.      KESEHAHATAN………………………………………………………      9
C.    PERILAKU PERKEMBANGAN PENGHAYATAN IDENTITAS DAN NILAI-NILAI AGAMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI…………………          9
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….     11
KESIMPULAN………………………………………………………………………..      11
SARAN…………………………………………………………………………………      11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….    


BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial dan saling terkait satu sama lain, sehingga akan membentuk kelompok-kelompok kecil yang notabenenya adalah sebuah komunitas dan akan berbaur membentuk komunitas besar. Satu dengan yang lainnya akan saling berinteraksi, entah berinteraksi positif (saling tolong-menolong, gotong royong, bekerja sama) maupun interaksi negatif (saling menjatuhkan, menindas, mengadu domba, dll). Hubungan atau interaksi antar manusia perlu adanya aturan yang mampu mengubah atau menjadikan tatanan yang buruk menjadi lebih baik. Pengelompokan manusia berdasarkan usia akan membantu dalam berinteraksi dengan mereka. Interaksi dengan anak-anak sudah barang tentu berbeda dengan orang dewasa.
Dewasa awal atau yang sering disebut juga dengan dewasa muda, yaitu antara umur 20-40 tahun merupakan tahap perkembangan yang paling dinamis sepanjang rentang kehidupan manusia, sebab seseorang mengalami banyak perubahan-perubahan progresif secara fisik, kognitif maupun psikososio-emosional, untuk menuju integrasi kepribadian yang semakin matang dan bijaksana. Seorang dewasa muda telah menunaikan tugas perkembangan masa remaja seperti telah menyelesaikan pendidikan menengah maupun atas, mengikuti dan menamatkan pendidikan tinggi(universitas), meniti dan meraih puncak karir, menikah, membentuk dan membina keluarga baru, berpartisipasi sebagai warga negara yang aktif dan produktif untuk memantapkan status sosial ekonomi keluarga dan sebagainya. Pemerintah Negara Indonesiapun menaruh perhatian terhadap dewasa muda, karena mereka akan menduduki posisi kepemimpinan bangsa dimasa depan, sehingga perlu dibentuk kementrian pemuda. Mengingat betapa peran strategis yang penting pada kaum muda, maka sudah selayaknya memikirkan, memahami dan membuat kebijakan yang tepat bagi mereka.
B. TUJUAN PENULISAN
Dalam makalah ini, tujuan yang hendak dicapai penulis adalah:
1.      Menguraikan psikologi perkembangan masa dewasa awal dan aspek-aspek perkembangan secara komprehensif dan terintegratif.
2.      Mendeskripsikan optimalisasi perkembangan dewasa awal dan penghayatan akan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari serta mendalami masalah seputar gaya hidup menikah dan tidak menikah.
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, saya menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Untuk bisa mendalami aspek-aspek perkembangan masa dewasa awal melalui buku-buku yang tersedia dan tulisan lain yang juga mendukung. Selain itu juga, penulis membandingkan pengelaman pribadi pada aspek-aspek tertentu.
D. MANFAAT PENULISAN
Melalui makalah ini, manfaat adalah:
1.      Menambah pengetahuan bagi penulis tentang psikologi perkembangan masa dewasa awal beserta aspek-aspek yang terkandung didalamnya.
2.      Membuka wawasan dan pemahaman para pembaca tentang perkembangan masa dewasa awal.
3.      Menjelaskan berbagai aspek dan masalah dalam perkembangan masa dewasa awal.
BAB II PEMBAHASAN
A. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN FISIK
Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:
a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi.
b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.
d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.
f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.
B. ASPEK-ASPEK PEKEMBANGAN
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).
1. ASPEK PERKEMBANGAN FISIK
Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lainnya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi. Dengan demikian aspek-aspek perkembangan fisik meliputi beberapa hal yaitu:
v  Kekuatan dan energi
Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali me-nyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah harus rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.
v  Ketekunan
Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis (economically es­tablished), seseorang harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang pendidikannya, mereka umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya dengan baik. Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier pekerjaan. Pada mereka yang masih membujang apabila pekerjaan tidak sesuai dengan kariernya maka ia akan mencari pekerjaan yang lain. Sedangkan bagi mereka sudah menikah akan terus mengembangkan kariernya walaupun tidak sesuai dengan bidang kariernya karena takut mengalami kegagalan. Sejak saya berusia 22 tahun, saya sempat mendaftarkan di universitas lain. Setelah dinyatakan lulus saya tidak ingin lagi untuk melanjutkan kuliah karena karena tidak sesuai dengan keinginan dan karier saya, maka saya memilih untuk melanjutkan cita-cita saya sebagai seorang calon imam.
v  Motivasi
Maksud dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain, motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi internal. Orang yang merniliki motivasi Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan eksternal, pada dasarnya seseorang akan bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupun memperoleh hambatan atau rintangan dari lingkungan eksternal. Ketika saya mau melanjutkan pendidikan ke Tahun Orintasi Rohani, saya dinyatakan tidak lulus karena sakit. Oleh karena itu saya harus mencari jalan lain. Namun karena motivasi yang begitu kuat untuk menjadi imam maka saya berjuang untuk melakukan pengobatan. Keberadaan saya selama di luar ada banyak berbagai macam pengaruh dari lingkungan tetapi tidak pernah menghalang motivasi saya untuk menjadi imam.
2. ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF
Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide dan pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.
v  TEORI-TEORI PERKEMBANGAN MENTAL MENURUT TURNER DAN HELMS
Para ahli psikologi perkembangan, seperti Turner dan Helms (1995) mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu (1) dimensi perkembangan mental kualitatif (quali­tative mental dimensions] dan (2) dimensi perkembangan men­tal kuantitatif (quantitative mental dimensions}.
Dimensi Mental Kualitatif (Qualitative Mental Dimensions)
Menurut Turner dan Helms (1995), dewasa muda bukan hanya mencapai taraf operasi formal, melainkan telah memasuki penalaran postformal (post-formal reasoning). Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought], yaitu kemampuan untuk me­mahami, menganalisis dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran yang saling kontradiktif (bertentangan) sehingga individu mampu menyintesiskan dalam pemikiran yang baru dan kreatif. Gisela Labouvie-Vief (dalam Turner dan Helms, 1995} setuju kalau operasi formal lebih tepat untuk remaja, sedangkan dewasa muda mampu memahami masalah-masalan secara logis dan mampu mencari inti sari dari hal-hal yang bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran baru.
Dimensi Mental Kuantltatif (Quantitative Mental Dimensions)
Biasanya, menurut Turner dan Helms (1995), untuk mengetahui kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka secara eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf inteligensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun status sosial ekonomi (status of econo-sociafy. Individu yang memiliki latar belakang pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun ke­mampuan intelektualnya secara kuann’tauf. Sebaliknya, individu yang memiliki taraf pendidikan ataupun status sosio-ekonomi yang mapan, berarti ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga intelektualnya terasah. Dengan demikian, kemampuan kecerdasannya makin baik.
v  TIPE-TIPE INTELEKTUAL PADA MASA DEWASA AWAL
Sementara itu, setelah melakukan serangkaian penelitian jangka panjang, para ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis dan Baltes}, menyimpulkan ada beberapa tipe intelektual, yaitu inteligensi kristal (cristalized intelligence), fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility], fleksibilitas visuo-motor (visuomotor flex­ibility], dan visualisasi (visualization) (Turner dan Helms, 1995). 
v  Visualisasi,yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual. Misalnya, bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
v  Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu me­masuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain
v  fleksibilitas Visuamotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit, yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik (penglihatan, pengamatan, dan keterampilan tangan). 
v  Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan.

3. ASPEK PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Selain bekerja, mereka akan me­masuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak dan tetap harus memperhatikan orang tua yang makin tua. Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya yang telah dibina sejak masa remaja/masa sebelumnya. Havighurst (Turner dan Helms, 1995} mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, di antaranya :
v  Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup. Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang syah(perkawinan resmi) 
v  Membina Kehidupan Rumah Tangga. Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara 21-40. Dari sini, mereka mem-persiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru.
v  Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab. Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku.
v  Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga. Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya. mereka juga harus dapat membentuk, membina dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing.
Dampak usia, seks, dan faktor keluarga terhadap perkembangan karier dan kepuasan kerja.
Dampak usia terhadap perkembangan karier adalah individu yang memasuki fase dewasa awal di dalam aktivitas kerjanya, orang dewasa awal cenderung jarang untuk masuk kerja karena alasan kesehatan daripada pekerja yang lebih tua. Mereka memiliki kemampuan aritmatika dan kemampuan lainnya yang lebih baik daripada pekerja yang lebih tua. Mereka cenderung gesit dan cekatan dalam bekerja sehingga mampu mencapai tahap pekerjaan yang mapan atau telah mencapai puncak karier, akan tetapi mereka kurang bijaksana dalam bekerja. Kepuasan pada suatu pekerjaan memiliki kaitan yang erat dengan proses kehidupan, indikasi-indikasi kepentingan ini berkaitan dengan aspek kesetiaan (loyalitas) dan kesehatan. Ketika orang yang bekerja mengalami ketidakpuasan dengan hasil pekerjaannya, keadaan ini seringkali dipengaruhi oleh sejenis stressor yang kuat. Adapun stressor-stressor tersebut dapat berupa:
v  · Masalah seksual
v  · Kurangnya dukungan dari keluarga
o   · Gaji yang kecil
o   · Pekerjaan yang monoton
o   · Bekerja dalam waktu yang terlalu lama
o   · Ada masalah dengan atasan
o   · Tidak ada pembagian yang jelas dalam pekerjaan
4. KESEHATAN
Masa dewasa awal adalah masa dimana seseorang mencapai puncak kemampuan fisik dengan kondisi yang paling sehat. Namun pada masa ini kemampuan fisik individu juga mulai menurun. Kekuatan dan kesehatan otot mulai menunjukkan penurunan sekitar umur 30-an. Pada masa ini beberapa individu berhenti berpikir tentang bagaimana gaya hidup pribadi akan mempengaruhi kesehatan hidup mereka selanjutnya pada kehidupan dewasa. Dalam studi longitudinal, kesehatan fisik di usia 30 tahun dapat memprediksikan kepuasan hidup pada usia 70 tahun yang mana lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Pada masa dewasa awal, sistem indera individu menunjukkan sedikit perubahan, tetapi lensa mata kehilangan elastisitasnya dan menjadi kurang mampu mengubah bentuk dan fokus pada benda-benda yang berjarak dekat. Kemampuan pendengaran mencapai puncak pada masa remaja dan tetap konstan pada permulaan dewasa awal, tetapi mulai mengalami penurunan pada akhir masa dewasa awal. Pada pertengahan sampai menjelang akhir 20-an, jaringan lemak tubuh bertambah. Kondisi kesehatan dewasa muda dapat ditingkatkan dengan mengurangi gaya hidup yang merusak kesehatan. Menurut Hurlock, puncak efisiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan dua puluhan, setelah itu terjadi penurunan lambat laun hingga awal usia empat puluhan. Oleh karena itu, pada masa dewasa muda lebih mampu menghadapi dan mengatasi masalah secara fisik sehingga penyesuaian fisik berjalan dengan baik. Pada masa ini individu sudah menyadai adanya kekurangan fisik pada dirinya namun juga menyadari bahwa ia tidak dapat menghapus kekurangannya tapi masih mampu untuk memperbaiki penampilan, hal ini menimbulkan minat yang menyangkut pada diet, olah raga dan aspek kecantikan. Minat akan penampilan ini akan berkurang menjelang usia tiga puluhan karena dirasa semakin kuatnya ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga.
C. PERILAKU PERKEMBANGAN PENGHAYATAN IDENTITAS DAN NILAI-NILAI AGAMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Dalam tahap awal perkembangan psikososial (dari Erikson) setelah memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar pada diri anak, tumbuhlah perasaan mempercayai pihak otoritas. Disini anak belajar mempercayai orang lain, terutama pada orang tua yang telah memelihara dan memberikan kasih sayang. Mereka juga mengembangkan konsep tentang hal yang baik dan yang buruk. Dari sisi perkembangan kognitif (dari kohlberg) yakni masa pre-operasional, pemikiran anak terbuka terhadap berbagai kemungkinan yang baru. Mereka beranggapan antara fantasi dan kenyataan (realitas) terjadi secara bersamaan. Salah dan benar merupakan konsekuensi dari perbuatan yang dilakukannya. Sebagai anak-anak, mereka berusaha memahami kekuatan yang mengatur(mengontrol) kehidupan dunia. Mereka sering membuat khayalan-khayalan (imajinasi), bentuk kekuasaan atau macam kekuatan yang menyebabkan kelangsungan hidup makhluk maupun isi dunia. Bentuk-bentuk imajinasi yang muncul, bagaimana gambaran tentang neraka, surga, Tuhan, yang pernah diceritakan orang tua atau yang dibaca di dalam buku-buku. Ciri khusus imajinasi anak-anak masa ini, ditandai dengan imajinasi yang irasional(irrasional image), sebab kapasitas kognitifnya yang masih bersifat pre-operasional. Selain itu, karena sikapnya yang ego sentris, anak-anak sulit membedakan pandangan sendiri dengan pandangan dari orang tua, dalam pikiran mereka tergambar adanya keharusan seseorang (manusia) untuk patuh (obedience) agar memperoleh ganjaran (berkat) dan hukuman bagi orang yang tidak patuh.
Pada usia ini seseorang sudah mulai meningkat percaya terhadap hal-hal yang abstrak. Kepercayaan akan Tuhan, tetapi aplikasi ibadahnya menurun karena sibuk dengan ekonomi dan karir. Dari bertambahnya usia, hingga mencapai pada usia akhir pada usia muda yaitu mendekati usia 40, seseorang bisa mencapai tahapan keyakinan keagamaan yang tertinggi.
 Keyakinan ini berkaitan dengan system keyakinan transcendental yang melampaui seluruh ajaran agama atau kepercayaan di dunia. Orang yang telah mencapai tahap ini tidak memiliki pandangan yang sempit, yaitu hanya terbatas pada ajaran agamanya saja. Pandangannya telah menyeluruh (komprehensif, holistik, integratif) Dan menembus sekat-sekat kesukuan, kebangsaan, agama, jenis kelamin, dan strata sosial. Segala hal yang bersifat paradox dan menimbulkan pertentangan telah dihapuskan. Yang ada hanyalah kesederajatan, kesetaraan dan kesamaan antara manusia dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia baik kaya-miskin, pandai- bodoh, berkulit hitam-putih dan laki-laki perempuan di hadapan Tuhan sama. Yang membedakan adalah ketaqwaannya.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20 – 40 tahun), dimana sumber potensi dan kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah peralihan dari masa remaja yang masih dalam ketergantungan menuju masa dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase dewasa akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa dewasa awal adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam masa penitian karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.
Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang peranan penting. Seseorang yang ada pada masa ini, harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda; problem rumah tangga, masalah pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat, pemimpin, suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.
SARAN
Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak hal yang harus dilengkapi demi perkembangan kemampuan penulis dan para pembaca. Oleh karena itu, Segala bentuk masukan atau saran dan usulan yang sifatnya mendukung penulisan ini, amat sangat diharapkan bukan semata-mata demi sempurnanya tulisan ini sendiri melainkan juga demi penghayatan akan dalam kehidupan sehari.







DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya Berdasarkan Jenis Kelamin pada Dewasa Awal. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma: dayu_sarasvaty@yahoo.com.
Drs.Johan W Kandau.1991, Psikologi Umum, Jakarta; PT.Gramedia Pustaka Utama.
Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
SUMBER INTERNET
4.      Qalbinur. Periodesasi Perkembangan Masa Dewasa Awal. http//qalbinur.wordpress/2009/03/27.







1 komentar: