PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL
O
L
E
H
AYUSTUS
ERASMUS LIM
NIM:
09010309
SEKOLAH
TINGGI FILSAFAT TEOLOGI “FAJAR TIMUR”
ABEPURA
2011
PENGANTAR
Manusia adalah makhluk istemewa yang diciptakan oleh Tuhan
karena memiliki akal budi. Melalui akal budi manusia dapat hidup sesuia dengan
apa yang ada tempat dimana ia hidup. Manusia juga selalu berkembang dari tahap
tertentu menuju tahap tertentu. Perkembangan yang dialami oleh manusia
menjadikan dia lebih matang dalam menjalani kehidupan ini. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana
seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock
(1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan
pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa
penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang
diperolehnya. Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan
fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi
sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi
emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih
sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Oleh karena
itu, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal
adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio
dalam menyelesaikan suatu masalah. Saya berharap bahwa semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan penulis dalam menjalani panggilan hidup ini sebagai
seorang calon imam di tanah Papua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………………….
PENGANTAR……………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
A. LATARBELAKANG………………………………………………………….. 1
B. TUJUAN
PENULISAN……………………………………………………….. 1
C. METODE
PENULISAN…................................................................................. 2
D. MANFAAT
PENULISAN…………………………………………………….. 2
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………. 2
A. CIRI-CIRI
PERKEMBANGAN FISIK……………………………………… 2
B. ASPEK-ASPEK
PERKEMBANGAN……………………………………….. 3
1. ASPEK PERKEMBANGAN
FISIK…………………………………… 3
2. ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF…………………………….. 5
3. ASPEK PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL……………………….. 7
4. KESEHAHATAN……………………………………………………… 9
C.
PERILAKU
PERKEMBANGAN PENGHAYATAN IDENTITAS DAN NILAI-NILAI AGAMA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI………………… 9
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………. 11
KESIMPULAN……………………………………………………………………….. 11
SARAN………………………………………………………………………………… 11
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia
adalah makhluk sosial dan saling terkait satu sama lain, sehingga akan
membentuk kelompok-kelompok kecil yang notabenenya adalah sebuah komunitas dan
akan berbaur membentuk komunitas besar. Satu dengan yang lainnya akan saling
berinteraksi, entah berinteraksi positif (saling tolong-menolong, gotong
royong, bekerja sama) maupun interaksi negatif (saling menjatuhkan, menindas,
mengadu domba, dll). Hubungan atau interaksi antar manusia perlu adanya aturan
yang mampu mengubah atau menjadikan tatanan yang buruk menjadi lebih baik.
Pengelompokan
manusia berdasarkan usia akan membantu dalam berinteraksi dengan mereka.
Interaksi dengan anak-anak sudah barang tentu berbeda dengan orang dewasa.
Dewasa
awal atau yang sering disebut juga dengan dewasa muda, yaitu antara umur 20-40
tahun merupakan tahap perkembangan yang paling dinamis sepanjang rentang
kehidupan manusia, sebab seseorang mengalami banyak perubahan-perubahan
progresif secara fisik, kognitif maupun psikososio-emosional, untuk menuju
integrasi kepribadian yang semakin matang dan bijaksana. Seorang dewasa muda
telah menunaikan tugas perkembangan masa remaja seperti telah menyelesaikan
pendidikan menengah maupun atas, mengikuti dan menamatkan pendidikan
tinggi(universitas), meniti dan meraih puncak karir, menikah, membentuk dan
membina keluarga baru, berpartisipasi sebagai warga negara yang aktif dan
produktif untuk memantapkan status sosial ekonomi keluarga dan sebagainya.
Pemerintah Negara Indonesiapun menaruh perhatian terhadap dewasa muda, karena
mereka akan menduduki posisi kepemimpinan bangsa dimasa depan, sehingga perlu
dibentuk kementrian pemuda. Mengingat betapa peran strategis yang penting pada
kaum muda, maka sudah selayaknya memikirkan, memahami dan membuat kebijakan
yang tepat bagi mereka.
B.
TUJUAN PENULISAN
Dalam
makalah ini, tujuan yang hendak dicapai penulis adalah:
1. Menguraikan
psikologi perkembangan masa dewasa awal dan aspek-aspek perkembangan secara
komprehensif dan terintegratif.
2. Mendeskripsikan
optimalisasi perkembangan dewasa awal dan penghayatan akan nilai-nilai agama
dalam kehidupan sehari-hari serta mendalami masalah seputar gaya hidup menikah
dan tidak menikah.
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, saya menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research). Untuk
bisa mendalami aspek-aspek perkembangan masa dewasa awal melalui buku-buku yang
tersedia dan tulisan lain yang juga mendukung. Selain itu juga, penulis
membandingkan pengelaman pribadi pada aspek-aspek tertentu.
D. MANFAAT
PENULISAN
Melalui
makalah ini, manfaat adalah:
1. Menambah
pengetahuan bagi penulis tentang psikologi perkembangan masa dewasa awal
beserta aspek-aspek yang terkandung didalamnya.
2. Membuka
wawasan dan pemahaman para pembaca tentang perkembangan masa dewasa awal.
3. Menjelaskan
berbagai aspek dan masalah dalam perkembangan masa dewasa awal.
BAB II PEMBAHASAN
A. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN FISIK
Dewasa
awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam
Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai
berikut:
a.
Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang
berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada
perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi.
b.
Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien;
seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas
dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas
dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
c.
Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir
perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam
mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan
dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.
d.
Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha
mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
e.
Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis,
paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik
dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.
f.
Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau
memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai
tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak
selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan
orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap
usaha-usahanya.
g.
Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang
memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan
yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.
B.
ASPEK-ASPEK PEKEMBANGAN
Secara
umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang
berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock
(1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically
trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta
transisi peran sosial (social role trantition).
1.
ASPEK PERKEMBANGAN FISIK
Dari
pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang
mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini,
seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi
sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la
tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana
layaknya seperti orang dewasa lainnya. Penampilan fisiknya benar-benar matang
sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya
bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung
jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya
sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi
pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya
denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini ditandai pula dengan
adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara,
menstruasi, dan kemampuan reproduksi. Dengan demikian aspek-aspek perkembangan
fisik meliputi beberapa hal yaitu:
v Kekuatan
dan energi
Selepas
dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh
potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier,
sering kali me-nyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena
mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri
dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah harus rnemikirkan kehidupan
ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar
biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.
v Ketekunan
Untuk
dapat mencapai kemapanan ekonomis (economically established), seseorang
harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika menemukan
posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang pendidikannya,
mereka umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya dengan baik.
Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier
pekerjaan. Pada mereka yang masih membujang apabila pekerjaan tidak sesuai
dengan kariernya maka ia akan mencari pekerjaan yang lain. Sedangkan bagi
mereka sudah menikah akan terus mengembangkan kariernya walaupun tidak sesuai
dengan bidang kariernya karena takut mengalami kegagalan. Sejak saya berusia 22
tahun, saya sempat mendaftarkan di universitas lain. Setelah dinyatakan lulus
saya tidak ingin lagi untuk melanjutkan kuliah karena karena tidak sesuai
dengan keinginan dan karier saya, maka saya memilih untuk melanjutkan cita-cita
saya sebagai seorang calon imam.
v Motivasi
Maksud
dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri
untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain,
motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi internal. Orang yang merniliki
motivasi Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi
lingkungan eksternal, pada dasarnya seseorang akan bekerja secara tekun sampai
benar-benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupun memperoleh
hambatan atau rintangan dari lingkungan eksternal. Ketika saya mau melanjutkan
pendidikan ke Tahun Orintasi Rohani, saya dinyatakan tidak lulus karena sakit.
Oleh karena itu saya harus mencari jalan lain. Namun karena motivasi yang
begitu kuat untuk menjadi imam maka saya berjuang untuk melakukan pengobatan.
Keberadaan saya selama di luar ada banyak berbagai macam pengaruh dari
lingkungan tetapi tidak pernah menghalang motivasi saya untuk menjadi imam.
2.
ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF
Masa
perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan
mengaktualisasikan segala ide dan pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti
pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih
tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Ketika memasuki masa dewasa
muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk
menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian,
individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu
mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh
pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin
mematangkan kualitas mentalnya.
v TEORI-TEORI
PERKEMBANGAN MENTAL MENURUT TURNER DAN HELMS
Para
ahli psikologi perkembangan, seperti Turner dan Helms (1995) mengemukakan bahwa
ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu (1) dimensi perkembangan mental
kualitatif (qualitative mental dimensions] dan (2) dimensi perkembangan
mental kuantitatif (quantitative mental dimensions}.
Dimensi
Mental Kualitatif (Qualitative Mental Dimensions)
Menurut
Turner dan Helms (1995), dewasa muda bukan hanya mencapai taraf operasi formal,
melainkan telah memasuki penalaran postformal (post-formal reasoning). Kemampuan
ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical
thought], yaitu kemampuan untuk memahami, menganalisis dan mencari titik
temu dari ide-ide, gagasan-gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran
yang saling kontradiktif (bertentangan) sehingga individu mampu menyintesiskan
dalam pemikiran yang baru dan kreatif. Gisela Labouvie-Vief (dalam Turner dan
Helms, 1995} setuju kalau operasi formal lebih tepat untuk remaja, sedangkan
dewasa muda mampu memahami masalah-masalan secara logis dan mampu mencari inti sari
dari hal-hal yang bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran baru.
Dimensi Mental Kuantltatif
(Quantitative Mental Dimensions)
Biasanya,
menurut Turner dan Helms (1995), untuk mengetahui kemampuan mental secara
kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka secara
eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar
tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf inteligensi cenderung menurun. Latar
belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun
status sosial ekonomi (status of econo-sociafy. Individu yang memiliki
latar belakang pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang
memperoleh tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga
cenderung menurun kemampuan intelektualnya secara kuann’tauf. Sebaliknya,
individu yang memiliki taraf pendidikan ataupun status sosio-ekonomi yang
mapan, berarti ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual
sehingga intelektualnya terasah. Dengan demikian, kemampuan kecerdasannya makin
baik.
v TIPE-TIPE
INTELEKTUAL PADA MASA DEWASA AWAL
Sementara
itu, setelah melakukan serangkaian penelitian jangka panjang, para ahli
(seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis dan Baltes}, menyimpulkan
ada beberapa tipe intelektual, yaitu inteligensi kristal (cristalized
intelligence), fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility], fleksibilitas
visuo-motor (visuomotor flexibility], dan visualisasi (visualization)
(Turner dan Helms, 1995).
v Visualisasi,yaitu
kemampuan individu untuk melakukan proses visual. Misalnya, bagaimana individu
memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
v Fleksibilitas
kognitif adalah kemampuan individu memasuki dan menyesuaikan
diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain
v fleksibilitas
Visuamotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu
masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit, yang memerlukan aspek
kemampuan visual/motorik (penglihatan, pengamatan, dan keterampilan
tangan).
v Inteligensi
kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat
dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh
melalui proses belajar dalam dunia pendidikan.
3. ASPEK PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Sebagian
besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf
universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam
pekerjaannya. Selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan,
membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak dan tetap harus memperhatikan
orang tua yang makin tua. Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan
keluarga dengan pasangan hidupnya yang telah dibina sejak masa remaja/masa
sebelumnya. Havighurst (Turner dan Helms, 1995} mengemukakan tugas-tugas
perkembangan dewasa muda, di antaranya :
v Mencari
dan Menemukan Calon Pasangan Hidup. Setelah melewati
masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis
(seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan
hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang
syah(perkawinan resmi)
v Membina
Kehidupan Rumah Tangga. Papalia, Olds, dan
Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara
21-40. Dari
sini, mereka mem-persiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri
secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang
mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan
sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru.
v Menjadi
Warga Negara yang Bertanggung Jawab. Warga negara
yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan
bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara
yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku.
v Meniti
Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga. Usai
menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas,
umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya.
Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi
kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya. mereka juga harus dapat
membentuk, membina dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan
sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat
menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing.
Dampak usia, seks, dan faktor
keluarga terhadap perkembangan karier dan kepuasan kerja.
Dampak
usia terhadap perkembangan karier adalah individu yang memasuki fase dewasa
awal di dalam aktivitas kerjanya, orang dewasa awal cenderung jarang untuk
masuk kerja karena alasan kesehatan daripada pekerja yang lebih tua. Mereka
memiliki kemampuan aritmatika dan kemampuan lainnya yang lebih baik daripada
pekerja yang lebih tua. Mereka cenderung gesit dan cekatan dalam bekerja
sehingga mampu mencapai tahap pekerjaan yang mapan atau telah mencapai puncak
karier, akan tetapi mereka kurang bijaksana dalam bekerja. Kepuasan pada suatu
pekerjaan memiliki kaitan yang erat dengan proses kehidupan, indikasi-indikasi
kepentingan ini berkaitan dengan aspek kesetiaan (loyalitas) dan kesehatan.
Ketika orang yang bekerja mengalami ketidakpuasan dengan hasil pekerjaannya,
keadaan ini seringkali dipengaruhi oleh sejenis stressor yang kuat. Adapun stressor-stressor
tersebut dapat berupa:
v · Masalah seksual
v · Kurangnya dukungan dari keluarga
o
·
Gaji yang kecil
o
·
Pekerjaan yang monoton
o
·
Bekerja dalam waktu yang terlalu lama
o
·
Ada masalah dengan atasan
o
·
Tidak ada pembagian yang jelas dalam pekerjaan
4.
KESEHATAN
Masa dewasa
awal adalah masa dimana seseorang mencapai puncak kemampuan fisik dengan
kondisi yang paling sehat. Namun pada masa ini kemampuan fisik individu juga
mulai menurun. Kekuatan dan kesehatan otot mulai menunjukkan penurunan sekitar
umur 30-an. Pada masa ini beberapa individu berhenti berpikir tentang bagaimana
gaya hidup pribadi akan mempengaruhi kesehatan hidup mereka selanjutnya pada
kehidupan dewasa. Dalam studi longitudinal, kesehatan fisik di usia 30 tahun
dapat memprediksikan kepuasan hidup pada usia 70 tahun yang mana lebih banyak
terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Pada masa dewasa awal, sistem indera
individu menunjukkan sedikit perubahan, tetapi lensa mata kehilangan
elastisitasnya dan menjadi kurang mampu mengubah bentuk dan fokus pada
benda-benda yang berjarak dekat. Kemampuan pendengaran mencapai puncak pada
masa remaja dan tetap konstan pada permulaan dewasa awal, tetapi mulai
mengalami penurunan pada akhir masa dewasa awal. Pada pertengahan sampai
menjelang akhir 20-an, jaringan lemak tubuh bertambah. Kondisi kesehatan dewasa
muda dapat ditingkatkan dengan mengurangi gaya hidup yang merusak kesehatan.
Menurut Hurlock, puncak efisiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan
dua puluhan, setelah itu terjadi penurunan lambat laun hingga awal usia empat
puluhan. Oleh karena itu, pada masa dewasa muda lebih mampu menghadapi dan
mengatasi masalah secara fisik sehingga penyesuaian fisik berjalan dengan baik.
Pada masa ini individu sudah menyadai adanya kekurangan fisik pada dirinya
namun juga menyadari bahwa ia tidak dapat menghapus kekurangannya tapi masih
mampu untuk memperbaiki penampilan, hal ini menimbulkan minat yang menyangkut
pada diet, olah raga dan aspek kecantikan. Minat akan penampilan ini akan
berkurang menjelang usia tiga puluhan karena dirasa semakin kuatnya ketegangan
dalam pekerjaan dan rumah tangga.
C.
PERILAKU PERKEMBANGAN PENGHAYATAN IDENTITAS DAN NILAI-NILAI AGAMA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Dalam
tahap awal perkembangan psikososial (dari Erikson) setelah memperoleh pemenuhan
kebutuhan dasar pada diri anak, tumbuhlah perasaan mempercayai pihak otoritas.
Disini anak belajar mempercayai orang lain, terutama pada orang tua yang telah memelihara
dan memberikan kasih sayang. Mereka juga mengembangkan konsep tentang hal yang
baik dan yang buruk. Dari sisi perkembangan kognitif (dari kohlberg) yakni masa
pre-operasional, pemikiran anak terbuka terhadap berbagai kemungkinan yang
baru. Mereka beranggapan antara fantasi dan kenyataan (realitas) terjadi secara
bersamaan. Salah dan benar merupakan konsekuensi dari perbuatan yang
dilakukannya. Sebagai anak-anak, mereka berusaha memahami kekuatan yang
mengatur(mengontrol) kehidupan dunia. Mereka sering membuat khayalan-khayalan
(imajinasi), bentuk kekuasaan atau macam kekuatan yang menyebabkan kelangsungan
hidup makhluk maupun isi dunia. Bentuk-bentuk imajinasi yang muncul, bagaimana
gambaran tentang neraka, surga, Tuhan, yang pernah diceritakan orang tua atau
yang dibaca di dalam buku-buku. Ciri khusus imajinasi anak-anak masa ini,
ditandai dengan imajinasi yang irasional(irrasional image), sebab kapasitas
kognitifnya yang masih bersifat pre-operasional. Selain itu, karena sikapnya
yang ego sentris, anak-anak sulit membedakan pandangan sendiri dengan pandangan
dari orang tua, dalam pikiran mereka tergambar adanya keharusan seseorang
(manusia) untuk patuh (obedience) agar memperoleh ganjaran (berkat) dan hukuman
bagi orang yang tidak patuh.
Pada usia ini seseorang sudah mulai meningkat percaya terhadap hal-hal yang
abstrak. Kepercayaan akan Tuhan, tetapi aplikasi ibadahnya menurun karena sibuk
dengan ekonomi dan karir. Dari bertambahnya usia, hingga mencapai pada usia
akhir pada usia muda yaitu mendekati usia 40, seseorang bisa mencapai tahapan
keyakinan keagamaan yang tertinggi.
Keyakinan ini berkaitan dengan system keyakinan
transcendental yang melampaui seluruh ajaran agama atau kepercayaan di dunia.
Orang yang telah mencapai tahap ini tidak memiliki pandangan yang sempit, yaitu
hanya terbatas pada ajaran agamanya saja. Pandangannya telah menyeluruh
(komprehensif, holistik, integratif) Dan menembus sekat-sekat kesukuan,
kebangsaan, agama, jenis kelamin, dan strata sosial. Segala hal yang bersifat
paradox dan menimbulkan pertentangan telah dihapuskan. Yang ada hanyalah
kesederajatan, kesetaraan dan kesamaan antara manusia dihadapan Tuhan Yang Maha
Esa. Manusia baik kaya-miskin, pandai- bodoh, berkulit hitam-putih dan
laki-laki perempuan di hadapan Tuhan sama. Yang membedakan adalah ketaqwaannya.
BAB
III PENUTUP
KESIMPULAN
Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20 – 40 tahun),
dimana sumber potensi dan kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah
peralihan dari masa remaja yang masih dalam ketergantungan menuju masa dewasa,
yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase dewasa akhir, dimana
kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa dewasa awal adalah
masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam masa penitian
karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.
Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang
peranan penting. Seseorang yang ada pada masa ini, harus bisa menempatkan
dirinya pada situasi yang berbeda; problem rumah tangga, masalah pekerjaan,
pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat, pemimpin,
suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.
SARAN
Dalam
makalah ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak hal yang harus
dilengkapi demi perkembangan kemampuan penulis dan para pembaca. Oleh karena
itu, Segala bentuk masukan atau saran
dan usulan yang sifatnya mendukung penulisan ini, amat sangat diharapkan bukan
semata-mata demi sempurnanya tulisan ini sendiri melainkan juga
demi penghayatan akan dalam kehidupan sehari.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu,
Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya Berdasarkan Jenis
Kelamin pada Dewasa Awal. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma: dayu_sarasvaty@yahoo.com.
Drs.Johan W
Kandau.1991, Psikologi Umum, Jakarta;
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Hurlock,E.B.1993.
Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi
kelima). Jakarta: Erlangga.
Mappiare,
Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
SUMBER
INTERNET
4.
Qalbinur.
Periodesasi Perkembangan Masa Dewasa Awal. http//qalbinur.wordpress/2009/03/27.